《12》

1.1K 140 13
                                    

Minho mengemas semua barangnya, dia tidak ingin ada satu pun yang tertinggal.

"Aigoo kenapa hidup ku seperti ini?" Gumamnya sambil memegang pinggangnya. Dia lalu menutup pintu dan menguncinya.

Untuk terakhir kalinya dia menatap rumah tempat itu. Satu pekan ini Minho sudah menghabiskan waktu penuh di sana, walaupun dia keluar sesekali untuk membeli sesuatu dan pergi ke kampus untuk memberikan surat pengunduran dirinya.

Pria itu memegang ponselnya, dia lalu mencari nomor sang ayah dan langsung melakukan panggilan.

"Ada apa Minho?" Tanya pria itu.

"Aku sudah akan pergi dari sini ayah, jadi ingat aku akan sembunyikan kunci pintu di dalam pot" kata pria itu.

"Baiklah, kau rencananya akan tinggal di mana dengan dia?" Tanya pria itu. Minho terdiam, dia tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan jawaban apa.

"Ahh aku juga tidak tahu, tapi bukan di rumah Chan" kata Minho.

"Baiklah kalau begitu, nanti jika sudah sampai kamari ayah ya" kata pria itu. Minho menjawabnya singkat kemudian dia memutus panggilannya.

"Hmmm aku tidak tahu harus pergi ke mana sekarang" kata pria itu berjalan sendirian dengan menyeret kopernya.


🌹🌹🌹

Tok....tok....tok..

Chan mengetuk pintu rumah milik Minho berkali-kali, namun tidak ada jawaban sama sekali.

"Ke mana dia? Ponselnya juga tidak aktif" kata Chan dengan cemas.

Pria Bang itu kini tengah berlari menelusuri lorong kampus, dia mencoba mencari keberadaan Minho namun pria itu tak kunjung dia lihat.

"Apa Lee Minho ada?" Tanya Chan pada teman sekelas Minho. Namun semua yang ada di sana menggeleng pelan.

"Kak maaf tapi Minho sudah mengundurkan diri satu minggu yang lalu" kata seseorang. Mendengarnya membuat Minho menjadi semakin cemas, dia langsung pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.

"Chan ada apa?" Tanya seorang dosen yang tak sengaja melihat Chan berjalan dengan cemas dan nampak sangat serius.

"Tidak ada" jawab Chan, terlihat keningnya berkeringat.

"Ahh Baiklah kalau begitu, ohh ya adik tingkat mu ada yang keluar. Jadi tolong absesinya di hapus" kata pria itu.

"Siapa?" Tanya Chan.

"Minho, dia hamil jadi dia memutuskan untuk keluar. Sepertinya dia akan pergi" jawab pria itu.

"Apa dia memberi tahu anda ke mana dia akan pergi?" Tanya Chan pada sang dosen.

"Hmm untuk itu aku kurang tahu, kau bisa langsung bertanya padanya atau pada keluarganya" kata pria itu.

Chan benar-benar tidak bisa berpikir jernih, dia benar-benar merasa bersalah tidak mempercayai pria itu.

"Di mana kau Minho?" Tanya Chan sambil menatap ke rumah pria itu.

"Chan kau kenapa ayo berfoto" kata sang ayah pada anaknya. Hari ini adalah hari di mana Chan diwisuda.

"Kau masih memikirkan pria itu?" Tanya Ibu Chan saat melihat anaknya begitu tidak fokus.

"Iya bu, aku merasa bersalah padanya" gumam pria itu. Lalu kedua orang tua Chan menghela napas.

"Lupakan dia, lagipula itu kecelakaan dulu. Jadi dia yang ingin pergi bukan kau yang mengusirnya jadi biarkan saja" jelas sang ayah sambil menepuk pundak anak semata wayangnya itu.

RED ROSE | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang