13. FORGIVEN

71 7 0
                                    

SIAPA YANG NUNGGUIN AKU UP SAMPE SEKARANG? MAAF GUYS, SIBUK BANGET AKHIR-AKHIR INI😔😔

INI AKU SEMPETIN UP BIAR KALIAN GAK NAGIH TERUS, VOTE DAN KOMENAN KALIAN ITU SEMANGAT AKU GUYS. KALO ADA WAKTU AKU DOUBLE UP LAGI YAWW😙🤙


🍁


Pukul 3 sore Reina terbangun dari tidurnya, setelah berdebat dengan Aldrian tadi tiba-tiba saja laki-laki itu mendapat telepon dari Ayah nya untuk menghandle perusahaan selama 1 bulan, karena Ayah nya akan pergi ke New York untuk mengurus perusahaan Agam Sanjaya, Ayah Reina. Tidak mungkin jika Ayah Reina akan menyuruh Reina untuk bekerja, apalagi gadis itu sedang hamil. Sangat tidak mungkin.

Untuk selama beberapa lama ini, perusahaan Ayah Reina akan berada dalam kepemimpinan Ayah Aldrian, Irfan Devandra. Sedangkan Aldrian akan meneruskan perusahaan Ayah nya sendiri, memang sulit setelah lulus untuk bekerja dan kuliah. Namun, ia sudah memikirkan itu dan mengatur waktunya agar tidak terlalu bertabrakan. Tentang Reina, tadi Aldrian sudah izin akan pulang malam untuk rapat dan juga menandatangani beberapa berkas.

Gadis itu membuka selimutnya sedikit sehingga hanya kepalanya yang terlihat. Ia melihat jam di nakas lalu kembali menutup kepalanya dengan selimut. Namun tak berapa lama, gadis itu kembali menyibakkan selimutnya dan bergegas untuk mandi. Setelah mandi ia kembali merebahkan tubuhnya di ranjang, entah mengapa saat ini tiba-tiba saja ia merindukan wangi tubuh suaminya, namun tiba-tiba aroma mint serta maskulin milik Aldrian tercium di hidung Reina, bukan Aldrian yang pulang. Namun karena ada jaket Aldrian yang tergeletak di ranjang.

Reina langsung mengambil ponselnya dan menelepon orang yang ia rindukan. Cukup lama Aldrian untuk mengangkat telepon itu karena sedang rapat dan ponselnya bisa menganggu rapat. Namun Aldrian bisa menjawab telepon Reina dan keluar sebentar dari ruang rapatnya.

"Kenapa?" Tanya Aldrian dari seberang telepon.

"Kapan pulang?" Ucap Reina to the point.

"Gue—"

"Pulang"

"Gue lagi rapat"

"Perut aku kram, tadi abis muntah lagi"

Benar tadi Reina sempat mual dan muntah lagi, perutnya juga saat bangun tidur tadi kram karena itu Reina kembali menutup wajahnya mengunakan selimut.

Terdengar helaan nafas dari seberang telepon membuat Reina langsung tersenyum.

"Gue suruh Ilona sama Syakila kesitu"

"Aku maunya kamu bukan mereka." Tutur Reina sedikit merengek.

"Nanti, gue lagi rapat."

"Ck, yaudah terserah!" Ketus gadis itu yang langsung memutuskan sambungan telepon nya.

Aldrian menjauhkan ponselnya dari telinganya, memang gadis nya satu ini sangat tidak suka jika ditolak. Jika tidak dituruti maka akan marah dan mendiamkan Aldrian lama hingga gadis itu puas. Laki-laki itu menggulung lengan kemeja nya lalu kembali masuk ke dalam ruangan rapat. Ia menatap semua karyawan nya yang mengikuti rapat lalu memijat pelipis nya sebentar.

Untung saja yang mengikuti rapat ini hanya karyawan perusahaan nya saja, bukan dari perusahaan lain. Bisa gawat jika ia meninggalkan rapat dari perusahaan lain untuk Reina, bisa-bisa bisnis nya gagal dan bisa menjadi bahan omelan Papa serta keluarga. Belum lagi Mama nya yang akan langsung menjewer telinga Aldrian hingga merah.

DEVANDRA (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang