18. TENTANG PERASAAN

44 3 0
                                    

TYPO MOHON DI MAAFKAN. MALES BIKIN DESKRIPSI, LANGSUNG BACA AJA. JANGAN LUPA VOTE NYA🥰🥰

🍁

Keesokan paginya pukul 4, Aldrian terbangun karena suara ketukan pintu. Ia mengira itu adalah Reina namun ternyata bukanlah gadis itu. Itu adalah Rizal dan Bagas yang memberikan Aldrian secarik kertas. Atau bisa dibilang sedikit kata-kata dari Reina. Ia langsung menutup pintunya dan membawa lipatan kertas itu ke dalam kamarnya. Perlahan ia membuka kertas itu dan mulai membaca isi surat itu.

"Berangkat sekolah kalo kamu masih pengen dapet maaf dari aku. Kita ketemu abis pulang sekolah di perpustakaan, kita ngobrol sama Papa kamu."

Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Aldrian, apa arti dari semua ini? Apakah Reina sudah mulai membenci nya? Padahal baru saja kemarin mereka tertawa bersama dan sekarang mereka kembali berpisah. Ia memijat pelipis nya pening, haruskah ia memberikan kata-kata manis nya lagi pada Reina?

Sepulang sekolah, Aldrian langsung menuju perpustakaan, sebenarnya saat istirahat tadi ia sempat melihat Reina di kelasnya dengan Sergio, Ketua Osis. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan sehingga bisa membuat Reina tertawa selebar itu, hanya Aldrian yang boleh membuat Reina tertawa seperti itu. Ia menggelengkan kepala nya pelan lalu membuka pintu perpustakaan pelan.

Laki-laki itu berjalan pelan dan langsung melihat, Reina dan juga Papa nya yang duduk di meja perpustakaan. Irfan berdiri membuat Aldrian langsung menoleh kebelakang, ia tahu ada seseorang di belakang nya, bodyguard Papa nya. Reina menatap Aldrian datar, terdapat tatapan kecewa dari manik gadis itu. Sebenarnya, apa yang ia lewatkan? Reina tidak akan semarah ini jika dirinya tidak izin?! Ia duduk di salah satu kursi dan menatap kedua orang itu bergantian.

"Aldrian, berapa kali Papa bilang sama kamu, buat jangan berhubungan sama perempuan itu?! Kamu lupa kalo kamu udah punya istri?" Tukas Irfan membuat Aldrian mengernyitkan dahinya bingung.

"Maksudnya?" Beo Aldrian yang bingung dengan tatapan Irfan.

"Kenapa kamu harus nyembunyiin semuanya? Justru aku lebih sakit kalo tahu dari orang lain, Aldrian" Ucap Reina menimpali membuat laki-laki itu langsung menoleh padanya.

"Rei, kenapa? Jelasin, gue salah apa sebenernya? Gue bingung, beneran"

"Kamu gak akan nyari Gama buat nyari jasad Keisya kan? Mustahil kalo kamu masih mikirin perempuan itu. Ada hal lain yang kamu tutupin, Aldrian. Akui lah saja, apa yang sebenarnya kamu cari dari Gama?" Jelas Irfan membuat Aldrian menatap pria berumur 40 tahun itu lekat.

"Darimana Papa tahu kalo Aldrian ketemu Gama?"

"Kamu pikir Papa itu bodoh?! Dextron adalah rumah Papa dulu! Dan sekarang kenapa kamu rusak reputasi nya, Aldrian?!" Seru Irfan sedikit meninggikan nada bicara nya.

"Pa, ada Reina disini. Jangan teriak" Peringat Aldrian membuat Irfan mendengus frustasi.

"Posisi aku di hidup kamu itu apasih sebenernya?! Sebagai istri atau cuman sekedar tampungan buat anak-anak kamu?" Tutur Reina membuat Aldrian langsung menoleh.

"Nggak Reina. Lo istri gue, lo nggak boleh pergi dari gue"

"BISA! Jelas bisa, ada orang yang lebih baik dari aku, Aldrian!" Sela Reina membuat Aldrian menggantung kata-kata nya.

"Maksud lo apa?! Lo sama Papa sebenernya ngerencanain apa, hah?!" Ujar Aldrian yang sedikit kesal karena merasa dipermainkan oleh Papa dan Istrinya.

"Aku sama Papa?! Bukannya kamu yang punya rencana?" Balas Reina membuat Aldrian menaikkan satu alisnya.

DEVANDRA (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang