Pukul 8 malam, Reina baru saja bangun dari tidurnya. Ia juga tidak tahu kenapa dirinya bisa tidur selama itu padahal biasanya tidak pernah. Baru saja ia terbangun, ia melihat sepucuk kertas berada di nakas nya. Ia membuka kertas itu dan mulai membaca nya pelan-pelan. Nyawa nya belum terkumpul dan sekarang ia menatap sendu kearah pintu, yang terbuka sedikit. Aldrian masuk, menggunakan kunci cadangan. Reina menghela nafasnya lalu kembali membaca isi surat itu.
*ISI SURAT ALDRIAN
Gue pergi dulu, kalo ada apa-apa telfon Mba Indah ya? Cuman sebentar gak akan lama. Tapi kayaknya pas lo baca surat ini, lo gak akan peduli. Lo belum mau liat gue kan ya?
Kalo udah bangun nanti, langsung mandi terus minum jus nya ya? Udah ada di kulkas, kalo gak suka jus jambu nya nanti minta Mba Indah bikinin jus alpukat atau pisang aja ya?
Dari Al buat si cantik dan dede bayi
Reina terdiam membaca isi surat itu dengan cepat ia mengambil ponselnya dan berlari kearah kamarnya. Ia masuk dan melihat beberapa baju Aldrian yang tergeletak di lantai, serta juga beberapa rak lemari Aldrian yang sudah kosong. Itu artinya Aldrian sudah mengemasi barang-barang nya? Ia berlari kearah kamar mandi karena terdapat gemericik air, namun nihil itu hanya air bathup yang diisi. Ia semakin panik karena tidak menemukan koper Aldrian di mana pun, perlahan air matanya jatuh.
Ia mendudukkan pantat nya di ranjang nya dengan Aldrian. Dirinya sudah tidak bisa lagi menahan tangisan nya, harusnya ia tidak marah pada Aldrian seperti tadi siang. Namun itu semua sudah terlanjur, Aldrian pergi tanpa memberikan pelukan terakhir untuknya terlebih dahulu. Sekitar 10 menit Reina menangis, matanya sudah sembab dan wajahnya memerah karena terlalu banyak menangis.
Namun, tiba-tiba, pintu kamar nya terbuka lebar menunjukkan seorang laki-laki jangkung yang berdiri di depan kamar nya dan perlahan melangkahkan kakinya untuk masuk. Reina mengenali bau tubuh nya, ia tau betul siapa seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Ia mendongak dan langsung berlari kearah laki-laki itu. Ia naik ke gendongan laki-laki itu dan memeluk laki-laki itu erat. Laki-laki yang menjadi sumber kegilaan nya tadi.
Aldrian, laki-laki itu baru saja datang dengan kresek berisi makanan. Tadi ia pergi karena lapar dan Mba Indah pulang awal karena ingin menyiapkan persiapan anak nya untuk sekolah juga besok pagi. Juga, surat tadi itu Aldrian tunjukan untuk Reina besok pagi. Namun karena Reina sudah membacanya, mungkin gadis itu mengira bahwa Aldrian berangkat lebih awal. Padahal sebenarnya tidak, Aldrian hanya membeli makanan keluar lalu kembali pulang.
Kembali dengan Reina yang masih menangis sesenggukan di dalam gendongan suaminya itu. Bahkan setelah sampai di dapur, Reina masih setia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Aldrian. Sudahlah, Aldrian tidak peduli jika lehernya basah karena Reina yang penting bukan orang lain. Hanya Reina yang bisa melakukannya, Aldrian juga hanya akan tenang jika ada Reina. Alasan ia hidup di dunia ini adalah Reina, jika Reina pergi maka ia juga pergi. Ia akan terus mencintai Reina, bahkan hingga maut memisahkan mereka pun. Aldrian akan tetap mencintai Reina, gadis yang dijodohkan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA (REVISI)
Teen Fiction(Judul sebelum nya "Amour") [TAHAP REVISI] Kehidupan pernikahan dua orang remaja yang dipaksa menikah untuk bisnis. Konflik rumah tangga yang menguras mental dan mengorbankan banyak hal. Pertengkaran karena ego dan kesalahpahaman mereka yang membu...