DYEZRA 04 - Derita Menjelma

144 138 116
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dyezra, Orza dan Fero memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit. Ketiganya kompak berjalan memasuki gedung RS dan menuju kamar Melati Nomor 3. Dyezra mengetuk pintu rawat papanya beberapa kali dan terdengar sahutan Bang Ega dari dalam. Ia pun masuk bersama adiknya dan tentunya juga Fero.

Mereka disambut hangat oleh Arkabima Wijaya dan Narega Harsa Wijaya. Dyezra memeluk Bang Ega sebentar dan beralih menatap papanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Arkabima atau yang kerap disapa Bima merentangkan tangannya seraya tersenyum ke arah Dyezra.

Sontak saja hal itu membuat Dyezra langsung berlari ke arahnya dan memeluk papanya sambil menangis kencang. Arkabima mengusap lembut kepala putri semata wayangnya itu. "Maafin Papa ya, Papa salah sama kamu," katanya lantas mengecup puncak kepala Dyezra dengan sayang. Dyezra menggeleng, ia semakin terisak.

Tanpa disadari, Bang Ega berpelukan dengan Fero seraya menangis bombay karena terharu melihat keuwuan antara ayah dan anak itu. Orza yang menyadari itu hanya memutar bola matanya malas. Kenapa dia harus ada di situasi seperti ini, sih.

Dyezra sudah mulai tenang, ia beranjak dan duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang papanya. Ia menoleh ke arah tiga remaja yang sedari tadi diam memerhatikan interaksinya dengan sang papa.

"Pfftt ... bwahaha anjir, ngakak gue."
Seketika Dyezra tertawa kala melihat posisi Bang Ega dan Fero yang berpelukan seperti sepasang kekasih yang habis berbaikan setelah bertengkar hebat. Keduanya langsung mendorong satu sama lain dan menutup wajahnya malu.

"Dyezraa your language," tegur Arkabima. Dyezra meringis meminta maaf masih sambil tertawa seraya memegangi perutnya.

"Bang Ega, sih! Ngapain coba peluk-peluk gue segala," sewot Fero.

Sontak Bang Ega langsung menjitaknya. "Heh! Lo nya juga kenapa mau-mau aja, ogeb?!" Fero mengelus kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya.

Arkabima tertawa pelan melihat tingkah keponakannya dan teman akrab putrinya tersebut. Netranya beralih pada Orza yang sedari tadi diam. "Diorza Wijaya Angkara," panggilnya.

Diorza yang merasa namanya dipanggil sontak menoleh ke arah sang papa. Beliau menyuruhnya mendekat, Diorza pun berjalan mendekat ke papanya.

Grep!

Tanpa aba-aba, Arkabima memeluk putra bungsunya itu. Diorza menegang, dia sangat terkejut. Bukan hanya dia, ketiga remaja yang sedari tadi memerhatikan pun seketika ikut terkejut. Lima detik setelahnya, Arkabima melepaskan pelukannya. Dia menatap Diorza dengan sorot mata tegas, khas seorang ayah.

"Jaga kakakmu," katanya. Hanya itu, hanya dua kata yang sanggup membungkam seorang Diorza. Ia mengangguk kaku, sementara mata Dyezra memanas.

"Dyezra udah gede, Pa. Nggak perlu dijagain. Dyezra bisa jaga diri sendiri, kok."

DYEZRA : The Lies and Betrayal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang