***
'Yoo Jimin anjir, dimana lu? Jangan bilang masih dirumah?'
"Hah? Siapa sih ini?" Tangannya menggosok kedua matanya sebelum akhirnya memperjelas siapa yang baru saja menelponnya, "Oh Giselle, kenapa dah?"
'Buruan masuk njir, hari senin ini harus udah pada baris, OSIS lagi ketat banget hari ini'
"Hm, tumben banget?"
Jarinya memencet tombol loudspeaker dan membiarkan suara sang sahabat, Giselle, membesar di kamarnya sambil dirinya mengambil seragam dan bersiap-siap.
'Ada murid baru katanya, dari NYC buset, jauh banget'
'Diem lu ah! Sana buruan baris, gue sih setia sama Jimin'
'Najis sumpah lu Sel'
Jimin terkekeh, itu jelas bukan suara Giselle tapi Yeji, sahabatnya yang lain. Sekolahnya memang selalu seperti itu setiap ada murid baru, di kenalkan di depan seluruh murid sekolah, katanya sih agar semuanya tahu dan akrab tapi Jimin tidak peduli, toh dia juga tidak pernah datang tepat waktu tiap senin.
"Ini gue otw, nunggu dimana?"
'UKS dah kayak biasanya'
"Oke"
Setelah itu Jimin mematikan panggilannya dan keluar kamarnya, disana sudah terdapat sang ibu yang juga sudah rapi dengan majalah fashion di tangannya.
"Kenapa baru turun Yoo Jimin?"
Alisnya terangkat, tumben sekali, "Eomma sendiri kenapa belum berangkat?"
"Ditanya itu harusnya dijawab bukan bertanya balik"
Jimin mengangkat kedua bahunya, "Biasanya juga nggak ada dirumah, kenapa tiba-tiba ada? Jimin udah telat, berangkat sekarang"
Tangannya meraba salah satu kunci motor yang ada disana, tidak peduli dengan teriakan sang ibu atau bahkan cacian yang masih terdengar, dia tidak peduli itu semua. Biasanya dia bahkan memilih untuk diantar supir daripada mengendarai motor sendiri, tapi karena ibunya yang tiba-tiba ada di rumah membuat moodnya turun.
Jimin|
Jgn tungguin gue di UKSSelesai mengirim pada Giselle, Jimin barulah bergegas berangkat. Niatnya memang tidak ingin langsung sampai sekolah, melainkan berkeliling untuk menyegarkan pikirannya ke tempat dimana dirinya biasanya menenangkan diri, taman rumah lamanya.
***
Tangan Jimin mengelap keringat yang berjatuhan dengan tissue yang diberikan oleh Lia, sahabatnya yang lain. Dia memang tidak berniat untuk kabur ketika telat datang yang berakhir dihukum dengan berdiri di tengah lapangan sampai waktu istirahat tiba, tapi itu lebih baik daripada dia harus menghadapi amukan gurunya dan belajar hal yang tidak disukai.
"Emang cuma Jimin yang telat langsung nyerahin diri, sisanya mah kabur" Tawa Yeji.
"Lagian tumben banget kaga mau ditemenin di UKS" Mata Giselle menyipit, "Ada apa lagi? Mana datangnya lebih telat lagi, biasanya kan lu kalo mandi juga nggak lama-lama banget"
Tangan Jimin bergegas mengambil dimsum yang dipesan Lia dan menyumpalnya di mulut Giselle, "Berisik banget,"
"Tadi gue cuma pengen doang, kenapa lu pada yang ribet"
"Anjirlah Min, dimsum gue" Kesal Lia.
"Entar Giselle yang ganti Li"
"Kenapa jadi gue? Kan si Jimin yang ngambil"
"Kan lu yang makan" Jimin menaikkan alisnya, "Ada masalah, Aeri?"
Giselle hampir saja tersedak begitu melihat perubahan intonasinya, "Ampun kanjeng ratu. Iya nanti gue ganti Li"
"Omong-omong, tadi anak barunya cantik banget gila"
"Yang namanya ribet itu apalagi dah, sekelas kan sama pacar lu Li"
"Iya anaknya cerita tadi pagi ke gue, namanya Minjeong sama Ningning"
Jimin tidak begitu memperhatikan percakapan ketiga sahabatnya, netranya berfokus pada empat orang yang sedang berjalan dari gedung olahraga menuju gedung kelas, sepertinya mereka murid baru yang diceritakan oleh ketiga sahabatnya.
Entah karena terlalu lama menatap atau memang salah satu murid itu peka, netra mereka bertatap-tatapan dan dengan cepat Jimin langsung memutuskannya. Ia merasa tidak asing dengan tatapan itu.
"Yang namanya Minjeong itu yang rambutnya dikepang?"
"Hah?"
Jimin menghiraukan wajah terkejut Yeji dan Giselle, "Yang dikepang bukan, Li?"
"Iya yang dikepang, kalau yang blonde namanya Ningning, kenapa?"
"Nggak asing"
"Pernah ketemu kali, Min" Sahut Yeji.
Ia dengan cepat menggeleng, "Gue nggak kenal sama yang namanya Minjeong, lagian dia dari NYC kan kata lu Sel? Lebih nggak mungkin lah" Gelengnya lagi.
Benar, dia tidak tahu Minjeong atau apapun tentang anak baru itu, tapi kenapa... pikirannya seolah mengatakan hal yang terbalik? Ada sesuatu yang membuatnya tertarik dengan anak baru itu.
"Ya bener juga sih, orang temennya si Jimin cuma kita-kita doang hahaha" Tawa Giselle meledak di akhir dan diikuti oleh Yeji.
Matanya menyipit melihat betapa puasnya tawa keduanya kemudian ia mengangguk-angguk, "Gue mau marah tapi bener cuma Lia doang yang bakalan gue traktir abis ini"
"Mampus" Bisik Lia sambil terkikik disampingnya lalu ia mulai meninggalkan kedua temannya yang menyumpah-serapahi dirinya di belakang diikuti dengan Lia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever [Yj.Km]
FanfictionWinter dan Karina adalah sahabat kecil, namun mereka hanya mengenal sebagai Winter dan Karina bukan dengan nama asli mereka. 2 tahun kemudian, Winter pergi dari hidup Karina tanpa penjelasan apapun, tanpa kata, tanpa pamit, dan dunia Karina seakan r...