***
Salju pertama turun di tahun 2010, seperti anak seusianya yang juga penasaran Yoo Jimin atau biasa dipanggil Jimin itu bergegas keluar menggunakan coat coklat miliknya beserta kaos kaki dan tangan agar tetap hangat, kaki-kaki kecilnya berlarian berusaha menghindari jangkauan sang ibu, tanpa izin juga tanpa ada yang tahu.
Matanya coklatnya berbinar begitu melihat salju perlahan turun dari langit, tangannya berusaha menggapai salju-salju tersebut sampai tidak sadar jika dia sudah berada di taman terdekat.
Kepala Jimin terus berputar ke sekitar, tidak banyak orang diluar dan kebanyakan mereka berada di rumah sambil mengintip dari jendela. Apakah ini karena salju pertama? Ataukah mereka terlalu takut untuk keluar? Bukankah seharusnya menyenangkan?
Jimin terus mengamati kecuali satu anak kecil yang ternyata berada di tengah taman sambil duduk memeluk sesuatu yang bulat, entahlah, dirinya juga tidak terlalu yakin. Perlahan Jimin mulai melangkahkan kakinya menuju anak kecil itu.
"Halo? Kenapa kamu disini sendirian" Mata Jimin mengerjap begitu manik mata mereka bersinggungan, "Kamu emangnya nggak kedinginan?" Tanyanya ragu.
"Kedinginan kenapa?"
Jantungnya langsung berdegup dengan kencang begitu suara halus anak tersebut terdengar, "Karena hari ini salju pertama turun? Kata eomma hari pertama akan jadi hari yang paling dingin"
Tangannya dengan cepat melepaskan coat cokelat miliknya dan memasangkan ke tubuh anak itu, "Cepet pakai punya aku nih"
Tangan kecil itu perlahan mengambil coat yang disodorkannya, "Telima kasih..."
Jimin tahu anak yang sekarang di sampingnya ini masih ragu namun tetap menerima coat nya, "Aku Karina, kalau kamu?"
Mulutnya mengatup dengan cepat begitu mendengar jika bukan nama aslinya lah yang disebutkan, melainkan nama baptisnya. Biasanya dia mengenalkan langsung nama aslinya, tapi mengapa malah dengan nama itu?
"Wintel, nama aku Wintel"
Jimin terkekeh, baru sadar jika anak kecil disampingnya cadel, "Maksud kamu itu Winter ya?"
"Iya Wintel, musim dingin"
Menyadari bahwa Winter sedikit tidak nyaman, Jimin akhirnya kembali bersikap biasa, "Kenapa nama kamu Winter?"
Mata Winter mengerjap, tangannya bergetar sambil memegang bola kristal yang sedari tadi berada di pelukannya, "Soalnya kata mommy, Wintel lahil saat musim dingin, Kak Kalin"
"Kak Karin? Emangnya aku lebih tua dari kamu?"
Winter mengangguk dengan cepat, "Aku juga tau kalau besal nanti kita bakal belsama-sama, soalnya Wintel sayang banget sama Kak Kalin"
Jimin dengan cepat langsung memalingkan wajahnya yang terasa hangat, padahal hanya perkataan anak kecil dibawahnya tapi mengapa bisa membuat jantungnya berdegup dengan kencang?
Ia langsung tertawa kaku, "Emangnya kamu peramal apa, mana bisa tahu masa depan aku"
"Bukan aku yang melamal tapi Bolu"
"Hah? Bolu? Emang makanan bisa jadi peramal?"
Winter dengan cepat mengeluarkan bola kristal yang dipeluknya, "Ini Bolu, temen Wintel,"
"Bolu itu Bola Salju, dia yang ngelamal masa depan. Bolu bisa tahu apapun di masa depan"
"Ahahaha iya deh, terserah kamu" Jimin tidak memikirkan perkataan Winter, teman barunya, tangannya tanpa sadar menepuk surai hitam milik Winter.
"Kak Kalin... kesini deh"
Tangan Winter menepuk tempatnya di sampingnya, tidak lupa juga menarik bajunya agar lebih mendekat pada Winter yang mau tidak mau diturutinya.
"Ini sudah, kenapa Winter?" Namun pertanyaannya masih tidak terjawabkan.
Winter melepaskan coat miliknya dan semakin merapatkan tubuh dengannya, lalu coat yang kebetulan sedikit besar itu dipakaikan untuk berdua, "Sekalang Kak Kalin sudah tidak kedinginan kan? Hehe"
Senyum lebar Winter, Jimin sangat menyukainya, terasa sangat tulus. Jika bisa, ia ingin melihat senyuman itu selamanya.
"Makasih Winter, tapi kamu tau darimana kalau aku kedinginan?" Padahal ia sudah berusaha agar tidak terlihat jika dia juga sebenarnya kedinginan, mengapa anak kecil disampingnya itu bisa tahu?
"Bolu yang kasih tau aku, kan sudah dibilang kalau Bolu bisa tahu semuanya"
"Tapi aku masih nggak percaya tahu, siapa tahu kamu bohongan"
Winter menoleh, raut wajahnya penuh dengan kebingungan, "Jadi gimana calanya supaya Kak Kalin bisa pelcaya sama aku?"
Tanpa disadari, senyuman Jimin mengembang, "Jadi teman aku, mau kan?"
"Oke, Wintel temannya Kak Kalin" Jarinya kemudian disambut oleh jari kecil milik Winter, membuat senyumannya semakin mengembang.
"Selamanya"
"Iyaaa selamanya kita temenan, Kak Kalin"
Dibawah langit yang sedang menurunkan salju, di tengah-tengah keceriaan manusia yang bahagia dengan turunnya salju pertama, disana juga terdapat kebahagiaan Karina dan Winter yang mulai membangun hubungan diantara mereka.
Jimin berharap, pertemanan mereka benar-benar selamanya bukan hanya ucapan saja. Jimin berharap bisa selalu bersama selamanya, tidak akan pernah berpisah. Tapi Jimin tidak pernah tahu, jika 2 tahun setelahnya, Winter pergi meninggalkannya tanpa ucapan apa-apa. Meninggalkan Jimin yang mulai hancur.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever [Yj.Km]
FanficWinter dan Karina adalah sahabat kecil, namun mereka hanya mengenal sebagai Winter dan Karina bukan dengan nama asli mereka. 2 tahun kemudian, Winter pergi dari hidup Karina tanpa penjelasan apapun, tanpa kata, tanpa pamit, dan dunia Karina seakan r...