17. Masih belum waktunya

1K 174 13
                                    



***


Minjeong berniat untuk menemui Jimin tepat 2 hari setelah kejadian terjebak di lift itu. Ia tidak akan memberitahu yang sebenarnya, tapi setidaknya dia akan menjelaskan kesalahpahamannya.

Tangannya menggenggam sebuah kotak bekal yang berisi Guo Bao Rou atau daging babi yang digoreng dengan tepung dan berasa asam manis. Jimin menyukai ini, dulu, dan Minjeong berharap sekarang juga masih sama.

Tapi seiringnya Minjeong berjalan, pikirannya masih terus fokus pada perkataan Mashiho pagi ini sebelum memberikan bekal ini kepadanya. Meskipun dia bilang dirinya tidak peduli, tapi sebaliknya, Minjeong justru malah terus memikirkannya.

"Jangan lama-lama sembunyiin dari Kak Jimin, apapun itu dia juga berhak tau"

"Ck, nggak usah ceramahin aku, aku tau apa yang aku lakuin"

Mashiho mengangkat bahunya, "Terserah, yang penting aku udah kasih tau kamu" Lalu memberikan bekal yang dimintanya.

Minjeong selalu merasa rencananya yang paling sempurna, dan apa yang dilakukannya sekarang adalah sesuatu yang benar, dia tidak akan mundur begitu saja meski dengan perkataan Mashiho. Minjeong terlalu takut jika harus kehilangan Jimin nya lagi.

"Minjeong, nggak ada orang yang suka dibohongi, siapapun itu. Apalagi jika itu orang terpenting di hidupnya" Tambah Mashiho di akhir.

Ia melengos pergi. Rencananya sempurna dan Jimin nya pasti akan mengerti jika dirinya menjelaskan suatu hari nanti, walaupun tidak suka tapi Jimin pasti akan mengerti.

"Minjeong? Nyari siapa?"

Matanya mengerjap seketika, ia sampai tidak sadar jika sudah sampai di depan kelas Jimin, untung saja ada Giselle yang bertanya. Di belakang sana ada Jimin, Yeji, dan juga Lia yang berjalan keluar sambil mengobrol.

"Aku izin pinjam Kak Jimin nya, boleh?"

"Boleh lah, bawa aja sekalian kalo mau, gapapa yang penting di balikin pulang" Tawa Giselle di akhir, "Woi Min! Ada yang nyari nih"

"Siapa? Ah... Minjeong?" Cicit Jimin di akhir, raut wajah gadis itu langsung meredup begitu tahu jika dirinyalah yang mencari.

Minjeong langsung menarik tangan Jimin tidak peduli jika gadis itu menolaknya, bahkan reaksi kedua sahabat Jimin yang lain pun diindahkannya. Untungnya, Jimin juga tidak menanyakan macam-macam, bahkan justru terlihat pasrah.

Setelah sampai di rooftop, barulah ia menyerahkan bekal yang dibuat, "Buat Kak Jimin, sebagai permintaan maaf"

"Karena lo itu Winter? Karena lo udah ninggalin gue? Atau karena kebongkarnya kebohongan lo?" Sarkas Jimin dengan seringainya di akhir.

"Kak Jimin salah paham," Minjeong membasahi bibirnya juga memalingkan wajahnya, "Aku sama sekali nggak tahu Winter yang Kak Jimin maksud dan aku juga nggak bohongin Kak Jimin"

"Kalau gitu coba liat gue Minjeong! Coba bicara sambil tatap gue!" Desisnya.

Minjeong perlahan berdiri lalu menatap tajam Jimin yang berada di hadapannya, "Kak Jimin, kita baru kenal selama beberapa bulan dan aku nggak mungkin ngebohongin Kak Jimin apalagi kenal dengan yang namanya Winter itu"

Tatapannya kemudian kembali menghangat, jari-jarinya menepuk pelan kepala Jimin, "Tapi kalau aku memang semirip itu sama Winter yang Kak Jimin maksud, Kak Jimin bisa anggap aku kayak gitu"

Forever [Yj.Km]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang