O4. Rooftop

1.5K 252 2
                                    



***


Jimin tersenyum sumringah sambil melirik kelasnya yang berada di ujung koridor, mudah sekali sepertinya membohongi guru baru yang mengajar di kelasnya itu, dia memang izin ke toilet tapi toilet di rumahnya bukan di sekolah.

Lagipula, siapa sih yang membuat pelajar matematika? Bukannya membantu justru malah membuat kepalanya tambah pusing saja, "Bodoh sekali"

"Siapa yang bodoh?"

Hampir saja Jimin terjungkal mendengar bisikan di belakangnya, tangannya dengan cepat memegang dadanya agar detakan jantungnya berkurang, "Anjing, siapa sih yang ngagetin"

"Saya Kak Jimin, Minjeong"

Jimin menghela nafas lega begitu mengetahui nama yang dikenalnya, matanya kemudian menatap tajam gadis di depannya, "Anjirlah, lo ngapain disini?"

"Seharusnya saya yang bertanya, Kak Jimin kenapa ada disini? Bukannya sedang kelas matema–"

Jimin dengan cepat menutup mulut Minjeong, "Shtt, jangan disebut-sebut dah itu pelajaran menyiksa. Btw, gue lagi izin ke toilet ini"

"Setahu saya arah toilet ke sebelah kanan bukan kesini, Kak Jimin?"

"Emang bukan toilet sekolah, tapi toilet rumah gue, ada masalah?"

Minjeong mengangguk, "Bukankah itu melanggar aturan, apa perlu saya bicara dengan guru matematika kelas 12-3?"

"Udah ngomong baku, aduan, lu nyebelin banget sih jadi murid baru" Dengus Jimin, "Lu cepet mau apa dah biar selesai? Mumpung gue masih baik nih dan juga karena lu temennya pacar si Lia"

Gadis di depannya berdiam cukup lama namun begitu netra Minjeong tetap menatap dirinya, ada sedikit kerutan di dahinya yang membuktikan kalau gadis itu berpikir keras, "Nggak usah mikir macem-macem, ribet"

"Kalau gitu..." Tangan Minjeong menggenggam tangannya dengan erat, "Biar saya yang akan ajari Kak Jimin matematika agar tidak bosan"

"Hah?"

Jimin tidak bisa menolak begitu ingin, pun untuk mengucapkan sepatah kata saja tidak. Bibirnya kelu dan tubuhnya hanya bisa bergerak mengikuti Minjeong, benar-benar tidak seperti dirinya yang biasa.

Ia tahu kemana Minjeong membawanya karena dirinya sendiri pun juga sering ke tempat ini, rooftop, salah satu tempat kesukaannya untuk menenangkan diri.

"Kak Jimin lagi di materi apa sekarang?"

"Mana gue tau,"

Bukannya kesal Minjeong justru tersenyum tipis padanya yang membuat Jimin semakin kesal, "Gue nggak perlu diajarin sama lo, kalau emang lo mau sekalian aja kerjain tugas gue"

Minjeong tidak menjawab, tangannya sibuk mengetik entah apa di handphonenya lalu tidak lama kemudian menjulurkan buku yang entah sejak kapan ada di tangannya, "Kak Giselle bilang Kak Jimin hari ini belajar materi limit fungsi, kalau begitu biar saya yang ajari"

"Bisa apa emang anak kelas 11 kaya lo? Belajar materi kelas 12 pun pasti belum kan"

"Saya seharusnya sudah lulus Kak Jimin, ini bukunya saya pinjam dari Ningning yang ingin lulus tahun ini juga"

"Hahaha ngaco lo!" Tawa Jimin terhenti sejenak begitu melihat raut serius Minjeong, "Itu... beneran?"

"Iya Kak Jimin, saya tidak mungkin berbohong"

Setelah melihat betapa seriusnya raut wajah Minjeong barulah Jimin mengangguk percaya, meski sejujurnya wajah Minjeong selalu menunjukkan betapa seriusnya gadis itu.

"Terus kenapa lo nggak lulus aja dan milih pindah kesini? Bukannya NYC udah termasuk enak ya?"

Diam-diam tanpa sadar Minjeong mengulum senyumnya mendengar rentetan pertanyaan dari Jimin, "Saya punya janji disini, selain itu juga saya harus menjaga adik saya yang tinggal disini sendirian"

"Lo punya adik, siapa?"

"Dia sebelumnya pernah bersekolah disini, namanya..."

Belum sempat Minjeong menjawab, dering handphone milik gadis kepang itu berbunyi kencang, Jimin mendengus kesal saat melihat Minjeong sedikit menjauh darinya. Selain karena dirinya cukup penasaran dengan ucapan Minjeong selanjutnya, dia juga sangat penasaran dengan siapa Minjeong bertelepon sampai harus sedikit menjauh darinya, padahal dia tidak akan melakukan apa-apa juga jika mendengarnya.

Perlahan Jimin mendekati tempat duduk Minjeong dan mencoba untuk mendengar lebih jelas percakapan dari penelepon itu.

"Iyaa Ning, aku ada di rooftop sekarang"

'Perlu aku samperin kesana nggak? Beneran gapapa?'

"Iyaa, maaf kalau aku nggak kasih tau kamu dulu tadi, ini dadakan juga aku kesininya"

Alis Jimin naik sebelah, Ning? Salah satu anak baru yang masuknya barengan sama Minjeong kah? Yang namanya ribet itu? Mereka ada hubungan apa?

Mata Jimin kembali mengerjap kemudian dengan cepat menggelengkan kepalanya, lagipula... untuk apa dirinya ingin tahu soal Minjeong? Dan sejak kapan?

'Ada itu?'

"Iya ada Ning, makanya aku nggak mau kamu kesini"

'Yaudah hati-hati, inget kamu pulangnya bareng aku, jangan sendirian lagi atau sampai kesasar kayak kemarin'

Minjeong terkekeh dan itu pertama kali dirinya mendengar kekehan halus milik Minjeong, Jimin akui tawa gadis itu sedikit menenangkan dan dia ingin mendengarkannya lebih, jelas itu karena Minjeong selalu berbicara kaku dihadapannya.

"Kak Jimin?"

Hampir saja tangannya melayangkan tinjuan pada Minjeong ketika ada tangan yang menepuk pundaknya, "Anjinglah, gue kira siapa, manggil kan bisa? Bikin gue kaget aja"

"Maaf, saya sudah memanggil Kak Jimin sedari tadi tapi sepertinya Kak Jimin melamun"

Jimin mengangguk-angguk, ya ini kan karna lo juga njir, "Tadi siapa yang nelpon? Pacar lo nyariin?"

"Pacar? Ah tadi..." Minjeong terdiam sejenak, "Tadi sahabat saya Ning Yizhuo sejak kecil, Kak Jimin. Dia bukan pacar saya"

Ada sedikit rasa lega di dadanya begitu mengetahui bahwa yang menelpon Minjeong bukanlah pacarnya, "Yaudah balik sana, sahabat lo nyariin entar gue yang disalahin"

"Tidak apa-apa, Ning sudah tahu saya ada disini dan dia tidak akan menyalahkan Kak Jimin, saya bisa jamin itu"

Cukup lama mereka berdiam diri akhirnya Minjeong kembali membuka mulutnya yang membuat Jimin mendengus kembali, "Kalau begitu mari lanjutkan materi yang akan dipelajari Kak Jimin atau saya akan melaporkan Kak Jimin karena ingin kabur"

"Gue bukan kabur, tapi izin ke toilet"

"Iya maksud saya juga izin ke toilet rumah Kak Jimin"

"Cepetan dah, awas aja sampe sekali gue nggak paham lo pokoknya langsung balik ke kelas sendiri" Ketus Jimin. Minjeong... gadis ini benar-benar pintar berbicara.

Tanpa disadari Minjeong mengulum senyumnya, "Saya jamin Kak Jimin akan paham dengan apa yang saya ajari"

Dan perkataan Minjeong benar, karena hari itu, tepat di rooftop sekolah, Jimin benar-benar untuk pertama kalinya tidak merasa bosan dengan pelajaran matematika bahkan semua soal-soal yang diberikan oleh Minjeong telah terjawab sempurna olehnya.


***

Forever [Yj.Km]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang