O3. Kim Minjeong

1.8K 272 2
                                        




***


"Anjing"

Hari ini mungkin akan dikira menjadi hari terbaik karena 2 pelajaran awal sebelum istirahat kantin diliburkan, tapi setelah insiden tabrakan antara murid lain dengan Jimin, yang ditakuti satu sekolah, mereka semua pasti akan mengubah pikiran itu. Memangnya hari apa yang jadi baik jika sudah melihat Jimin bertengkar? Jawabannya tidak ada.

Jimin juga tidak mengerti, jalan di kantin masih luas tapi mengapa siswi di depannya seolah sengaja menabraknya dan playing victim disini karena tatapan juga bisikan murid yang ada di kantin sudah menjelaskan itu semua.

Seragamnya basah karena ketumpahan kuah eomuk dan rambut bagian bawahnya lepek terkena cipratan cola. Gadis di depannya itu... sengaja bukan?

"M-maaf kak, aku nggak sengaja" Tunduk siswi bername-tag Lee Chaeyoung dan biasa dipanggil Isa itu.

"Jalanan masih luas, maksud lo nggak sengaja itu apa njing? Kalau emang ada urusan sama gue ya bilang sini"

Tangan Jimin mencengkram kerah Isa, "Baju gue terus gimana sat? Rambut gue juga?"

"M-maaf kak, aku bakal ganti"

"Min, dia udah minta maaf, lo nggak usah memperpanjang urusannya"

Jimin tersenyum sepat begitu melihat salah satu siswi kelasnya membela, "Nggak usah jadi jagoan, Sieun. Urusan gue sama dia bukan lo" Lalu dengan cepat mendorong Sieun hingga hampir mengenai ujung meja.

"Dan lo" Pandangan Jimin kembali pada Isa, "Ikut gue"

Tidak ada yang berani memanggil guru untuk menghentikan aksi Jimin ini, mereka semua takut justru mereka lah yang menjadi penggantinya, pun ketiga sahabat Jimin juga tidak ada yang bertindak, mereka jelas tahu siapa yang bersalah soal ini. Lagipula jika Jimin dihentikan sekarang, tidak ada yang menjamin siapa yang akan mengontrol emosi dirinya.

Namun sebelum Isa benar-benar tertarik olehnya, terdapat tangan yang sudah terlebih dahulu menariknya. Jimin ingin menolak tapi tatapan itu, tatapan yang tidak asing untuknya seolah menghentikan dan membuatnya menurut.

Jimin jelas tahu dibawa kemana dirinya, loker ganti kelas 11, oleh Minjeong, murid baru yang memiliki gaya rambut kepang dan berwarna di bagian bawahnya.

Begitu sadar Jimin langsung melepaskan cengkraman Minjeong, "Apa-apaan sih lo anjing tiba-tiba bawa gue kesini"

Tapi Minjeong mengindahkannya, gadis itu sibuk membuka lokernya dan menjulurkan seragam yang sama persis seperti yang dimilikinya.

"Saya punya dua seragam, Kak Jimin bisa pakai punya saya, ukurannya juga saya yakin sama" Minjeong kemudian berjalan membuka kamar mandi yang terdapat disana, "Disini juga ada sampo milik sahabat saya, Kak Jimin bisa pakai, saya tunggu disini"

Jimin melempar seragam yang diberikan, "Gue nggak mau, kenal lo aja enggak kenapa gue harus pakai seragam lo"

Alisnya terangkat begitu melihat Minjeong yang tetap merapikan seragam yang baru saja dilemparnya lalu kembali meletakkan di salah satu kursi disana.

Gadis itu mengulurkan tangannya "Nama saya Kim Minjeong dari kelas 11-3" Lalu kembali menarik begitu tahu dirinya tidak membalas, "Dan saya tahu nama kakak siapa, jadi kita sudah kenal bukan?"

Jimin mendengus kesal, perkataan Minjeong ada benarnya dan dia tidak bisa menolak. Dengan cepat dia mengambil seragam yang tadi diberikan oleh Minjeong dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Tidak pernah dalam seumur hidupnya Jimin luluh secepat ini, tidak dengan sahabatnya, tidak dengan orang tua, juga dengan Giselle yang sudah berteman lebih lama dengannya. Hanya orang itu, sahabat masa kecilnya yang bisa meluluhkan Jimin tanpa perlu beradu mulut secepat Minjeong barusan.

Namun walaupun begitu, ada secercah rasa lega dan senang begitu ada yang menghentikannya dan memperhatikannya seperti ini dan begitu Jimin menyadarinya, dia dengan cepat menggeleng, mungkin hanya karena sudah lama dia tidak merasa seperti, ya betul mungkin perasaan seperti itu saja.

Tidak butuh waktu lama, Jimin akhirnya keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan seragam yang sudah terganti. Netranya menatap Minjeong yang masih duduk tenang di kursi, gadis itu menepati ucapannya namun setelah melihat Minjeong yang juga menatapnya balik, dia dengan cepat mengambil handuk yang berada di pangkuan gadis itu.

"Lain kali jangan tolongin gue, jangan ngurusin gue, apalagi sampai ikut campur urusan gue. Tahu nama bukan berarti lo harus masuk ke dunia gue," Dengusnya.

"Inget Minjeong, lo murid baru disini, jangan sampai gue ngelakuin hal yang lebih dan buat hidup lo kacau balau. Gue bisa ngelakuin hal apapun sama lo dan nggak akan ada orang yang bisa tolong lo saat itu"

Alisnya Jimin naik begitu melihat reaksi datar dari Minjeong, tidak ketakutan ataupun panik seperti murid-murid yang lainnya.

"Terima kasih Minjeong, bukankah itu seharusnya yang Kak Jimin bilang setelah keluar dari kamar mandi?"

Minjeong menutup loker milik gadis itu dan kembali menghadapnya, "Saya sekedar memberi tahu jika ada banyak cara untuk melampiaskan amarah dan dendam tapi bukan yang buruk seperti tadi. Kak Jimin orang baik dan saya tahu itu"

Minjeong kembali membalikkan badannya, bergegas pergi dan sebelum gadis itu benar-benar pergi, "Karena Kak Jimin belum bilang pada saya, jadi, sama-sama Kak Jimin"

Barulah Minjeong benar-benar pergi menghilang dari pandangan dan tergantikan oleh ketiga sahabatnya yang menanyakan berurutan tentang apa yang terjadi.

Jimin ada disana namun pikirannya pergi entah kemana, semua karena senyuman lebar milik anak baru tadi, Kim Minjeong. Senyumannya mengingatkan Jimin pada seseorang, seseorang yang telah pergi 10 tahun yang lalu tanpa pamit, seseorang yang masih Jimin harapkan keberadaannya.

"Gue cabut. Sel, titip tas gue ya nanti gue ambil, dah"

Setelah itu Jimin berlari meninggalkan ketiga sahabatnya menuju parkiran, dia perlu pergi ke tempat itu, tempat yang penuh kenangannya yang bisa membuatnya tenang dan lega, tempat yang dibuat khusus untuknya dan orang itu.

'Winter... salah nggak sih kalau aku terus kepikiran kamu nantinya setiap ngeliat murid baru itu? Harusnya salah bukan? Karena kamu itu cuma ada satu'


*** 

Forever [Yj.Km]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang