CH.22 •PETUAH UNTUK PRINCE

15 4 0
                                    

Ada yang ingin menyapa kembalinya aku yang lumutan ini?

Prince menghela nafasnya sejenak, memijat pelan pangkal hidungnya yang terasa pening akan ceramahan Ryan yang datang ke rumahnya bersama Kevan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prince menghela nafasnya sejenak, memijat pelan pangkal hidungnya yang terasa pening akan ceramahan Ryan yang datang ke rumahnya bersama Kevan.

Berdalih mengantarkan tas miliknya, tapi malah memarahinya.

Ia yang semula memejamkan matanya, kini perlahan membukanya. Menatap tajam Ryan yang sedaritadi terus mengoceh kesana kemari. Memarahi dirinya yang makin kesini, makin tidak jelas saja.

Sedangkan Kevan hanya memperhatikan lelaki itu mengoceh dan sesekali mengangguk-anggukkan kepalanya. Asal mengangguk saja, padahal ia juga tidak tahu Ryan berbicara apa.

"Lo boleh suka sama orang Prince, tapi jangan jadi bego juga."

Ryan berujar dengan nada kesal, mendengus sebal kala menyadari ucapannya tidak akan dicerna oleh Prince yang sudah terlanjur Bucin.

BUCIN AKUT.

A K U T.

Tidak tertolong lagi.

Kevan yang mendengar ucapan itu hanya mengangguk saja. "Iya, bener."

Prince kini beralih menatap tajam Kevan, dan tentu saja melihat itu Kevan langsung menciut. Menggaruk tengkuknya.

"Om Arjuna pasti marah kalo tau Lo kayak gini,"

"Tau darimana?"

Prince mengangkat kedua alisnya, ia langsung menyahuti ucapan Ryan dengan sedikit nada menantang di sana.

"Nebak aja. Iya, 'kan, Yan?"

Ryan langsung memukul lengan Kevan yang asal nimbrung saja.

Ikut salah, ga ikut salah. Kevan bergumam pelan, sembari mengusap lengannya yang sedikit nyeri akibat pukulan Ryan yang tidak pakai Bismillah dulu jika ingin memukul.

"Udah, mending Lo berdua pulang,"

Prince bangkit dari duduknya di atas kasur, beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia mengabaikan Ryan yang masih mengoceh.

Monica saja tidak banyak omong dirinya pulang telat, mengapa Ryan malah jadi seperti lambe turah? Sudah banyak omong, pedes pula.

"Lo gak cape, Yan?"

Ryan mendesis pelan. "Capek, lah,"

"Bego amat Lo nanya begitu."

Kevan berdecak. "Lo lebih bego,"

"Udah tau dia gak bakalan dengerin, masih aja di lanjutin."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang