CH.17 •HALTE BUS

104 23 181
                                    

Suara hujan deras begitu terdengar, udara dingin yang menusuk sampai ke kulit begitu membuat semua orang pasti akan memilih di dalam rumah dan bergelung dengan selimut tebal di atas kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara hujan deras begitu terdengar, udara dingin yang menusuk sampai ke kulit begitu membuat semua orang pasti akan memilih di dalam rumah dan bergelung dengan selimut tebal di atas kasur. Atau mungkin memakan makanan hangat sambil menonton televisi.

Namun lain hal nya dengan gadis bersurai hitam kecokelatan yang tengah berdiri di halte bus tanpa ada niat untuk pergi dari sana. Bahkan saat ada bus berhenti, gadis itu malah diam saja dan tak berniat untuk menaiki nya.

Masih dengan seragam sekolah lengkap dan juga tas yang ia gendong di belakang punggung nya, gadis itu terus berada di halte sudah sekitar satu jam lebih. Dan ia hanya berdiam diri seperti itu.

Ia hanya menatap jalanan kosong, dan terkadang mengusap kedua bahunya yang terasa dingin.

Ia kini memang sedang dalam suasana hati yang tidak cukup baik, ia hanya ingin berdiam diri di sana sendirian. Dan hanya di temani suara hujan dan juga angin yang dingin.

Pikirannya selalu tertuju pada satu jam yang lalu dimana saat ia datang ke rumah sakit jiwa dimana papah nya di rawat, gadis itu tidak bisa berhenti memikirkan hal itu sedaritadi.

Zeline melangkahkan kaki nya menuju ke arah seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk di kursi taman rumah sakit jiwa sambil memandang kosong ke depan.

Gadis bersurai hitam kecokelatan itu menghentikkan langkahnya dan berdiri tepat di hadapan lelaki paruh baya itu.

Lelaki paruh baya itu pun sedikit mendongakkan kepalanya setelah mengetahui bahwa ada seseorang di hadapannya, ia sedikit terlihat kaget saat melihat gadis di depannya itu.

"Papah,"

Zeline berjongkok, ia kemudian mengambil kedua tangan sang papah nya itu dengan lembut lalu menggenggamnya.

"Papah sehat, kan?"

Zeline mengigit bibir bawah nya dan menahan air mata nya yang sudah ingin sekali turun, ia benar-benar tidak tega melihat papah nya begini.

"Zeline minta maaf karena udah pukul papah waktu itu," ucap Zeline sambil menundukkan kepala nya.

Lelaki paruh baya di depan Zeline hanya diam saja, memandang gadis cantik bersurai hitam kecokelatan itu dengan lekat.

"Zeline kemarin habis ke makam mamah, Zeline bilang ke mamah kalo papah baik-baik aja di sini,"

Gadis bersurai hitam kecokelatan itu mendongakkan kembali kepalanya, namun pipi nya sudah basah karena air mata nya turun dengan cukup deras.

"Maafin Zeline gak bisa jadi anak yang baik buat papah," ucap Zeline sambil terisak pelan, gadis itu kemudian berdiri dan memeluk tubuh sang papah.

Gadis cantik itu memeluk erat tubuh sang papah sambil terisak, sedangkan papah nya hanya diam dan memandang lurus ke depan tanpa membalas pelukan anaknya itu.

STRUGGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang