"Iya, ini pertama kalinya aku menyukai seorang lelaki. Dan lelaki itu adalah kau, Sehun!"
Helaan nafas panjang itu keluar dari mulut Sehun. Lelaki itu menerawang langit malam itu yang tampak tak sebanyak biasanya dari luar balkon kamarnya.
Ucapan Nayeon siang tadi entah mengapa terus terngiang di pikirannya. Jika memang Sehun adalah cinta pertama Nayeon, lalu apakah arti semua mantan mantan gadis itu selama ini?
Udara dingin yang berhembus cukup kencang membuat Sehun sedikit mengeratkan sweater yang dikenakannya. Lelaki itu mencoba membuka bukunya. Mencoba kembali fokus belajar.
"Aish.. ada apa denganku?"
Namun, tak lama dia justru menutup kembali bukunya dengan kasar. Memejamkan matanya dan mengusap wajahnya gusar. Ada sepercik perasaan tak nyaman yang menggelayut di hatinya tanpa sebab. Tiba tiba otaknya berputar dan kembali membuatnya mengingat sesosok gadis berpostur tubuh tinggi dengan rambut cokelat panjang yang selalu diikat ekor kuda. Gadis dengan senyum manis yang meneduhkan, yang suka bersikap blak blakan dan tak tahu malu.
Asyik bergumul dengan pikirannya tentang gadis bernama lengkap Im Nayeon itu, harus terganggu oleh ketukan di pintu kamarnya. Dengan malas, Sehun beranjak dari duduknya dan bergerak membukakan pintu.
Baru sedikit terbuka, melihat siapa yang datang ke kamarnya, Sehun mendengus dan berniat menutup kembali pintu kamarnya.
"Yakk! Tunggu dulu!"
Susah payah, Chanyeol menahan kaki dan tangannya agar Sehun tak mendorong pintu. Dia perlu bicara dengan Sehun.
"Sehun, ada yang ingin aku bicarakan! Jangan tutup dulu!"
"Jika kau mau membujukku agar berhenti, maka percuma saja! Sampai kapanpun aku tak akan berhenti sebelum aku puas!"
"Yaakkk!"
Nafas Chanyeol semakin menderu. Sekuat tenaga mendorong pintu kamar Sehun dan akhirnya dia yang menang. Berhasil merangsek masuk ke dalam kamar Sehun.
Dengan satu sentakan cepat, dia mendorong pintu kamar Sehun menutup sekaligus menguncinya. Sehun mendengus saat dilihatnya Chanyeol juga menyimpan kunci kamarnya. Tak membiarkan Sehun keluar sebelum mendengarkan dirinya.
"Dengar, kau salah paham Sehun!"
"Apa yang salah, hah?"
"Jangan jadikan Nayeon pelampiasan atas kelakuanku. Dia tak salah apapun!" ujar Chanyeol tegas.
Sehun memejamkan matanya sejenak. Ingin menulikan kedua telinganya namun ucapan Chanyeol yang selanjutnya membuatnya tercengang.
"Dia sudah banyak tersakiti dan menderita. Apa kau tahu jika kedua orang tua Nayeon meninggal bunuh diri karena tuduhan korupsi?" Chanyeol menahan nafas sebelum melanjutkan ucapan nya. Dia menelan salivanya kasar. Menahan rasa sesak yang memenuhi dadanya tiba tiba.
"Itu tuduhan palsu. Dan kau tahu, jika orang tua kitalah yang menyebarkan rumor itu"
Sehun membelalakkan kedua mata nya. Tubuh nya beringsut mundur beberapa langkah, kedua
tangannya sampai bergetar. Dia menggeleng tak percaya."Tapi.. kenapa?"
Chanyeol menghela nafas panjang. "Tentu saja karena mereka saingan bisnis."
Sehun bergerak maju, mencengkeram kerah baju Chanyeol kasar. Melempar tatapan tajamnya pada Chanyeol.
"Apa kau mencoba berbohong padaku?"
Chanyeol menggeleng. "Aku serius, Sehun. Tujuan awalku mendekatinya karena aku kasihan dan merasa bersalah. Akibat orang tua kita, dia jadi sebatang kara. Tapi, lama kelamaan aku justru benar benar jatuh cinta padanya. Ya, sebelum dia justru menyakiti perasaanku dengan berkata jika dia tak pernah mencintaiku."
Cengkeraman tangan Sehun mengendur. Sampai akhirnya dia mendorong tubuh Chanyeol, merebut kunci kamarnya dan segera pergi dari sana bersama perasaannya yang mendadak kacau.
Meninggalkan Chanyeol yang tertunduk lemah. Chanyeol mengacak rambut nya frustasi. Tak tahu apakah keputusannya memberi tahu fakta yang sebenarnya itu sudah benar.
"Aku harap aku tak semakin mengacaukan keadaan."
.
.
.
.
.
.
.
.TUK!
TUK!
Nayeon semakin gencar melempari kaca rumah tetangga sebelahnya dengan gemas. Untung saja kacanya tak sampai pecah karena Nayeon hanya melemparinya dengan kacang tidak dengan batu. Kakinya yang dia selipkan di antara teralis pengaman balkonnya, mengayun ayun lemah. Bibirnya mencebik, sesekali menggerutu tidak jelas.
TUK!
Lagi. Dia melempar kacang entah untuk yang keberapa kalinya dalam satu jam ini. Namun, sang pemilik kamar yang berada tepat di sebelah balkonnya tak kunjung menampakkan diri.
Nayeon benar benar dibuat khawatir karena sikap Jungkook yang berubah tiba tiba. Dia tak mengerti apa yang sudah terjadi pada lelaki itu. Berulang kali Nayeon berpikir, tapi tetap saja dia merasa tak punya salah apapun pada Jungkook.
"YAKK! JEON JUNGKOOK, AKU TAHU KAU BELUM TIDUR! KELUAR SEKARANG ATAU AKU TAK AKAN BERHENTI MELEMPARI JENDELAMU!"
Nayeon berteriak dengan kencang. Berharap sang penghuni di dalam sana mendengarnya. Nayeon butuh penjelasan dari Jungkook.
Hening yang menjawab.
Nayeon menghirup nafas sebanyak banyaknya dan menghembuskannya panjang. Ah, Jeon Jungkook memang menyebalkan. Tiba tiba ngambek tidak jelas dan tak mau bicara padanya.
Menyerah, Nayeon akhirnya beranjak.Bermaksud kembali ke dalam kamarnya sebelum telinganya menangkap suara pintu kamar Jungkook terbuka. Sontak Nayeon kembali memutar tubuhnya.
"Eh?"
Namun, bukan Jungkook yang dia temukan. Justru Sehun yang ada di sana, sedang menatap nya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Sehun, kok di sini"
Bukannya menjawab, Sehun justru menarik tangan Nayeon hingga tubuh mereka saling mendekat. Tanpa aba aba, Sehun merengkuh Nayeon ke dalam pelukannya.
Nayeon sampai harus sedikit membungkuk karena tubuh mereka terhalang teralis pengaman balkon. Sehun mengeratkan pelukan nya, menenggelamkan wajahnya di antara ceruk leher Nayeon. Menghirup dalam dalam aroma yang menguar dari tubuh gadis itu.
Perasaannya menghangat saat tangan Nayeon terangkat dan mengusap punggungnya lembut. Gadis itu tak bertanya apapun, hanya tersenyum tipis dan menenangkan dengan sentuhan tangannya.
"Aku bahkan tidak tahu bagaimana harus menghadapimu sekarang setelah tahu fakta menyedihkan itu, Nayeon." batin Sehun
Jungkook menyingkap sedikit tirai yang menutupi jendela kamarnya. Dia mendesah lemah menatap pemandangan yang menyakiti hatinya itu.
Namun, dia hanya bisa menatap dari kejauhan. Tak punya kuasa untuk melakukan apapun. Jungkook menutup kembali tirainya. Sekarang dia menyesal, mengapa dengan mudah membantu Sehun masuk ke kamarnya dan pergi menemui Nayeon. Karena sekarang dia sendiri yang merasakan sakitnya.
Melihat gadis yang disukai, berpelukan dengan sahabatmu sendiri.
Jungkook mengusak rambutnya kasar. Memandangi potret dirinya bersama Sehun yang bertengger manis di atas meja belajarnya.
Dia tersenyum getir.
Jungkook tentu tak ingin persahabatannya dengan Sehun hancur hanya karena menyukai gadis yang sama. Namun, untuk melupakan perasaannya begitu saja, tentu sulit.
Bahkan Jungkook tak yakin akan sanggup melakukannya. Dia tersenyum lemah memandangi foto itu sekali lagi.
"Hyung, apa yang harus aku lakukan?
To be continue...
Jangan lupa vote + comment nya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Coming To You (Sehun x Nayeon)
Fanfiction"Dasar gadis barbar suka bolos" -Sehun "Tch cuek banget sih jadi cowok" -Nayeon "Capek ngejar yang gak pasti" -Chanyeol "Sakit banget rasanya ditolak" -Jihyo "Walaupun agak barbar tapi sifat gadis itu sangat berbeda seperti yg lain" -Jungkook