Part 6

93 18 3
                                    

Typo bertebaran
Mohon koreksi ya kalau ada typo hihi






🍡🍡🍡

"Namanya Jeon Jungkook, dia itu hoobae-ku di eskul teater. Dia anak yang ramah dan menyenangkan. Tak kusangka ternyata bocah tengil itu yang membuatmu badmood begini." Jihyo terkekeh memperhatikan Nayeon yang masih saja manyun.

"Aku tak ingin tahu juga dia siapa. Yang jelas aku mau headphone-ku diperbaiki!"
Jihyo menepuk pundak gadis yang lebih tinggi
darinya itu.

"Sudahlah Nayeon, aku yakin Jungkook bisa
memperbaikinya. Kau tenang saja, oke?"
Nayeon mau tak mau mengangguk saja. Kalaupun memang headphone itu tidak bisa diperbaiki, Nayeon juga akan pasrah.

Masalahnya, bagaimana jika Sehun meminta
headphone itu kembali? Apa yang harus Nayeon katakan?

Kedua gadis itu berjalan beriringan menuju
gerbang sekolah. Jihyo yang akan menunggu mobil jemputannya, sedangkan Nayeon masih harus berjalan beberapa ratus meter untuk sampai ke halte.

"Ikut saja denganku, Nay. Lebih hemat waktu dan
tenagamu daripada harus berjalan, kan?" tawar Jihyo setelah mereka sampai di gerbang.

Sebenarnya bukan sekali ini saja Jihyo menawarkan Nayeon agar mereka pulang bersama. Namun Nayeon selalu menolaknya, untuk berbagai alasan tentunya.

Kali ini pun sama. Nayeon menggeleng, pertanda tak menyetujui ucapan Jihyo dan tentu saja Jihyo tak bisa memaksanya.

"Baiklah nona keras kepala!" Jihyo meninggalkan
jitakan kecil pada kening polos Nayeon.

"Aku pulang dulu. Kau hati hati di jalan, ingat?"

"Okee Jihyo!"

Nayeon melambaikan tangannya saat mobil mewah yang ditumpangi Jihyo berjalan menjauh. Gadis itu menghela nafas berat, menatap mobil Jihyo dengan seulas senyum masam.

"Seandainya aku seberuntung dirimu"
Gadis itu menggeleng pelan. Menampik segala pikiran aneh yang berkecamuk dalam otaknya.

"Tidak boleh, Im Nayeon! Seharusnya kau bersyukur!"
Nayeon kembali melangkahkan tungkainya. Tentu saja halte menjadi tujuannya. Baru beberapa langkah, sebelum sebuah mobil sport berwarna merah terang berhenti di depannya.

Mengernyit heran, Nayeon menduga duga siapa orang iseng yang menghalangi jalannya. Rasa penasarannya terjawab sudah, saat sesosok lelaki tampan itu turun dari pintu kemudi.

Park Chanyeol. Mantan kekasihnya.

"Apa yang kau lakukan?"
Ingin kabur saja dari sana, namun sepertinya sudah sangat terlambat. Jadi, mau tak mau Nayeon harus menghadapi lelaki itu.

Chanyeol menyunggingkan senyum manisnya. Senyum itu tak pernah berubah, menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya. Tak terkecuali Nayeon dan harus Nayeon akui, senyum Chanyeol adalah yang paling dia rindukan dari sosok lelaki itu.

"Tak baik seorang gadis berjalan seorang diri. Perlu tumpangan?" tawar Chanyeol ramah.

"Jangan salah sangka, Nayeon. Aku hanya ingin berbuat baik saja, tak lebih."
Nayeon tertawa kecil. Menatap Chanyeol dengan raut datar.

"Bahkan ketika kita masih bersama, apa kau pikir aku pernah mau diantar pulang olehmu? Sorry Chanyeol, aku menolaknya lagi. Aku lebih nyaman naik bus daripada mobil mewah." ungkap Nayeon.

Chanyeol tampak mengangguk angguk. Dia paham betul siapa Nayeon. Dua bulan menjalani hari bersama gadis manis itu, membuatnya mengerti jika Nayeon bukanlah gadis matre yang memanfaatkan kekayaannya untuk bersenang senang. Oleh karenanya, Chanyeol tak bisa melepas gadis itu begitu saja.

Coming To You (Sehun x Nayeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang