Part 1

245 22 3
                                    

"Yakk!! Im Nayeon, apa yang kau lakukan di sini?"
Gadis bersurai panjang yang dikuncir kuda itu
mendongak. Menampilkan cengiran saat seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Songssaem, guru matematika yang terkenal killer memergokinya yang sedang bersembunyi di balik meja pojok kantin.

Im Nayeon, begitu nama yang tertera pada name tag seragamnya. Gadis berparas cantik itu akhir nya berdiri, membenarkan seragamnya dan mengangkat tangan kanannya, menyapa guru itu.

"Selamat siang Song sonsaengnim! Bagaimana kabar anda hari ini?"
Nayeon tersenyum tanpa dosa dan memasang wajah polosnya.

"Kau membolos lagi??"
Songssaem tampak menggeram pelan. Memandang gadis di hadapannya dengan tatapan tajam. Tapi percayalah, tatapan itu sama sekali tak membuat seorang Nayeon takut. Gadis itu masih mempertahankan senyum bodohnya.

"Eung. itu sebenarnya saya sedang kedatangan tamu. Ssaem tahu bukan? Sebagai seorang wanita tentu tahu apa yang saya maksud,"
Songssaem mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan gadis itu yang terdengar tak masuk akal. Sungguh tidak nyambung dengan pertanyaan yang dia lontarkan.

"Lalu?" tanya Song ssaem sinis.

"Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke kantin karena saya tak membawa eum.. pembalut jadi saya harus membelinya hehe"

"Dan mengapa harus mojok di sini?"

Lagi lagi Nayeon tersenyum. Namun setelahnya
memegang perutnya dan menundukkan sedikit
tubuhnya. Raut wajahnya sekejap berubah, seakan menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Tingkahnya itu membuat sang guru mengerut heran.

"Aduuh ssaem, perutku duh."
Nayeon berjongkok dan tetap pada akting kesakitannya.

"Ssaem tahu bukan apa musuh utama perempuan ketika datang tamu? Ya, itulah mengapa saya berjongkok di pojokan sana ssaem. Rasanya benar benar menyakitkan, huhu.."
Guru wanita yang masih tergolong muda itu menaikkan kacamata nya yang sedikit melorot. Menghela nafas kasar setelah sebelumnya melempar tatapan menyelidik pada sang gadis itu.

"Kembali ke kelasmu, sekarang!" titah Song ssaem galak.

Nayeon mengangguk kecil, diam diam terkikik geli karena berhasil membodohi gurunya. Dia tak benar benar datang bulan bahkan sakit perut. Jelas itu hanya akal akalannya saja agar tak mendapat hukuman.
Gadis itu membungkukkan badannya saat Song ssaem akan pergi dari hadapannya. Namun, ketika sang guru sudah menghilang dari pandangannya, gadis itu tak lantas kembali ke kelasnya. Justru kembali duduk meja pojok kantin dan mengeluarkan satu kantung plastik
snack yang berhasil dia sembunyikan di bawah meja dan beruntung tak tertangkap penglihatan Songssaem.

Nayeon terkekeh sembari mengangkat tinggi tinggi kantung plastik tersebut.

"Haaaah.. jam segini memang paling enak untuk makan dan membolos."

"NAYEONN!"

Belum sempat Nayeon memasukkan keripik kentang ke dalam mulut, sebuah lengkingan suara tinggi mengganggu kegiatannya. Berdecak kecil begitu mendapati sang sepupu, Park Jihyo, menghampirinya.

Nayeon mendengus kecil dan memasang wajah malas saat Jihyo duduk di hadapannya. Jihyo memasang wajah garangnya yang sebenarnya sangat tidak cocok dengannya itu.

"Apa maumu?"

"Kau pasti bolos lagi, kan? Dasar berandal!"
Jihyo menarik hidung mungil Nayeon sedikit keras. Membuat empunya mengaduh tak terima.

"Yakk!! Ini juga bukan mauku sepenuhnya! Salahkan saja Chanyeol yang tak berhenti menguntitku!" seru Nayeon membela diri.

Krauk. Krauk.

Tanpa beban, Jihyo mencomot keripik kentang milik Nayeon dan mengunyahnya dengan santai. Cukup puas dengan asupan makanan yang memasuki mulutnya, gadis itu kembali buka suara.

"Itu kan salahmu sendiri! Chanyeol mungkin saja hanya meminta penjelasan karena kau memutuskannya tanpa alasan! Ckck, kau ini"

"Loh, aku memutuskan hubungan kami juga bukan tanpa alasan. Tentu saja ada alasannya dan aku sudah memberitahu chanyeol!"

"Memang apa alasanmu?"

"Aku bosan dengannya."

Jihyo hampir saja tersedak keripik kentang yang baru saja dia masukkan ke mulutnya mendengar ucapan Nayeon yang sangat enteng. Dia hanya bisa geleng geleng kepala dengan tingkah sepupunya itu.

"Ck, Nayeon! Sampai kapan kau akan terus hidup dengan mencampakkan satu persatu lelaki?"
Nayeon hanya tersenyum simpul.

"Sampai aku menemukan cintaku yang sebenarnya."
Selepas acara membolos, yang pada akhirnya Jihyo juga ikut membolos, kedua gadis itu duduk berdampingan di pinggir lapangan olahraga yang tampak lengang siang itu. Tentu saja, memang nya siapa yang sudi berolahraga di bawah teriknya matahari yang benar benar sedang
menyengat.

"Nayeon, aku sedih."
Nayeon menghentikan kegiatannya menggigiti sedotan yang dia gunakan untuk minum saat mendengar suara lemah jihyo menyapa pendengarannya. Menoleh ke arah jihyo yang menunduk sedih.

"Ini sudah ketiga kalinya aku menyatakan cinta pada Daniel, tapi lagi lagi dia menolakku."
Jihyo mengaduk aduk milkshake cokelatnya tanpa minat. Menghembuskan nafas yang terdengar begitu berat.

Nayeon mencibir, membuang gelas minumnya dengan cara melempar ke tempat sampah terdekat. Beruntung lemparannya masuk dengan sempurna.

"Lagipula, sampai kapan kau akan melakukan hal tidak berguna seperti itu? Tolong berhetilah jihyo. Masih banyak lelaki di luar sana yang menginginkanmu, daniel bahkan tak pernah melihatmu sebagai seorang wanita."

Oh, jangan pikir Nayeon kejam karena berkata sedikit kasar dan pedas pada seseorang yang sedang bersedih.

Nayeon sudah berkali kali menasihati Jihyo agar
berhenti mengharapkan cinta lelaki bernama Kang Daniel itu. Tapi memang Jihyo tak pernah mendengarkannya. Ya, pada akhirnya Nayeon lelah sendiri karena nasihatnya selalu dianggap angin lalu. Lagipula, Nayeon pikir tak ada gunanya menangisi lelaki yang bahkan tak pernah melihat diri kita.

"Kau hanya belum pernah merasakan apa yang sedang kurasakan, Nayeon."
Jihyo tersenyum getir. Keduanya diliputi keheningan. Menghabiskan sisa waktu dengan menyibukkan diri dengan pikiran masing masing.
Nayeon mengedarkan pandangan ke sekeliling nya. Saat itulah mata nya menangkap sesosok lelaki berambut hitam pekat memasuki lapangan sembari men-dribble bola basket.

Entah magnet apa yang dimiliki lelaki yang tak
dikenalnya itu, yang jelas Nayeon sama sekali tak bisa melepas pandangannya pada sosok itu. Matanta mengikuti setiap pergerakan yang diciptakan sosok tersebut.

Ia bermain sendirian. Namun terlihat sangat menikmati apa yang dilakukannya. Terik matahari siang seakan tak mengusiknya.

15 menit berlalu.

Nayeon menikmati dalam diam pertunjukan di depannya dan sosok lelaki itu menoleh ke arahnya, dengan cucuran keringat yang membanjiri dahi dan wajahnya, bahkan nafasnya tampak memburu. Tanpa sadar Nayeon menahan nafas saat kedua mata mereka tanpa sengaja beratatapan.
Gadis itu diam diam tersenyum kecil.

"Wow ganteng banget"

















To be continue...

Haloo akhirnya aku balik bawain book Sehun x Nayeon lagi semoga sukaa yaa
Jangan lupa vote nya ya🥰

Coming To You (Sehun x Nayeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang