Part 22

65 12 6
                                    

"Minumlah!"

Nayeon menyodorkan segelas air mineral kepada Sehun. Lelaki itu sendiri sedari tadi hanya diam, membuat suasana di antara mereka canggung. Terlebih, Nayeon sedang berusaha mengatur detak jantungnya yang semakin tak menentu.

Tiba tiba saja Sehun tengah malam muncul di hadapannya, memeluknya erat. Ya, bagaimana Nayeon tidak dag dig dug coba?

Suasana sepi yang memang selalu menghiasi rumah Nayeon membuat keadaan semakin hening. Sehun diam, Nayeon pun sama. Walaupun sebenarnya banyak yang ingin Nayeon  tanyakan pada Sehun, terutama tentang "pelukan" itu, namun entah mengapa lidahnya mendadak kelu.

"Sehun-"

"Nayeon-"

Mereka terdiam lagi. Situasi canggung seperti itu benar benar sangat membunuh.

"Kau duluan saja." Sehun yang berucap. Namun, dibalas kibasan tangan oleh Nayeon.

"Kau dulu saja."

Sehun menghela nafas panjang. Mengulum bibirnya yang terasa kering, dia mengelus tengkuknya kikuk.

"Maaf untuk yang tadi." ujarnya pelan, tak berani menatap langsung wajah Nayeon. "Aku tidak tahu mengapa juga aku memelukmu seperti itu." Mendengarnya, Nayeon menunduk.

Menyembunyikan senyumnya dan pipinya yang mendadak memanas. Nayeon berdehem kecil. Melirik Sehun yang masih sibuk membuang wajahnya.

"Apa pelukan tadi itu tanda bahwa kau sudah mulai menyukaiku?" tanya Nayeon dengan nada
menggoda.

Sehun mendesah malas. Nayeon yang menyebalkan telah kembali. Sehun menggeleng dan berdecak kecil. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa di rumah Nayeon.

"Lalu, lalu?" Nayeon beralih menghadap Sehun. Masih mempertahankan senyum menggodanya.

"Apa alasanmu memelukku?"

Duh, Sehun mendadak menyesal mengapa juga dia terbawa perasaan dan berakhir memeluk gadis menyebalkan itu. Dia menulikan telinga nya, tidak mau lagi mendengar pertanyaan mendesak dari Nayeon.

"Sehun, ayo jawab! Jangan membuatku mati
penasaran!" desak gadis itu tak sabaran.

"Sehunnn~~"
Nayeon semakin merengek. Menggoyang goyangkan lengan Sehun dan ber-aegyo dengan ekspresi yang menggemaskan.

"Yakkk! Hentikan! Jangan lakukan itu!"

Sehun membuang pandangannya ke arah lain. Berusaha menepis tangan Nayeon yang masih bergelayut di lengannya. Melihat Nayeon yang bertingkah menggemaskan begitu, membuatnya kesal. Entah mengapa.

"Haaahh.sepertinya kau tidak suka aegyo ya."

Nayeon akhirnya berhenti, mengira jika Sehun benci melihatnya aegyo. Dia mengerucutkan bibirnya, merengut dan melipat kedua tangan di depan dada.

"Aku harus apa biar kau mau memberi tahu alasannya?"

"Jangan berbicara apapun."

"Hah?"

Nayeon melongo. Menatap Sehun tak mengerti.

"Diam saja. Anggap saja aku tak pernah melakukan itu." ucap Sehun datar.

"Mana bisa begitu!" decak Nayeon. "Seenaknya saja membuatku hampir jantungan dan sekarang kau menyuruhku untuk melupakan semuanya? Ih, tidak adil"
Tanpa repot repot menanggapi Nayeon lagi, Sehun justru semakin merebahkan tubuhnya pada sofa empuk rumah Nayeon. Dia melirik gadis itu sejenak.

"Hey, apa boleh aku menginap di sini?"

"APA?" Nayeon melotot. Dia tak salah dengar, kan?

"Eh, tapi memangnya kenapa?"

Sehun mendesah panjang.

"Aku hanya malas pulang ke rumah."
Nayeon bisa melihat sorot mata Sehun yang sendu. Dia menebak, mungkin saja lelaki itu memang sedang ada masalah.

"Jangan begitu, Sehun. Semua orang pasti pernah punya masalah dengan keluarganya masing masing. Tapi kabur dari rumah itu bukan penyelesaian. Justru itu akan semakin memperkeruh suasana." Nayeon tersenyum.

"Jangan sia siakan keluargamu. Kelak, ketika kau sudah tidak punya siapa siapa sepertiku, kau akan merindukan mereka. Seberapa besarpun mereka membuatmu marah atau kecewa, tetap saja mereka adalah orang yang selama ini di sisimu. Jangan pernah lupakan hal itu, Sehun."

Sehun tersenyum getir. Nayeon berbicara begitu karena tidak tahu bagaimana kenyataannya. Namun, Sehun tertegun. Ternyata di balik sikap gadis itu yang suka seenaknya, dia benar benar gadis yang dewasa.

"Aku hanya masih tidak percaya dengan apa yang sudah mereka lakukan."

Nayeon hanya bisa mengangguk angguk. Karena dia tak tahu apa masalah Sehun, dia tak bisa memberi saran apapun. Dia hanya bisa menepuk tepuk pundak Sehun.

"Bukannya aku tidak senang kau menginap di sini. Aku justru senang sekali karena dengan begitu aku bisa puas menatap orang yang kusukai-"

Nayeon menghentikan ucapannya melihat Sehun yang sudah mendelik padanya. Dia hanya bisa nyengir kuda. Di situasi begini, gadis itu masih sempat sempatnya menggombal coba. Untung Sehun sabar menghadapinya.

"Sorry, hehe. Maksudku nanti aku tidak enak pada tetangga. Ya, kau tahu kan aku tinggal sendiri. Bisa bisa nanti akan ada gosip yang tidak tidak." jelas Nayeon dengan sekali tarikan nafas. "Baiknya kau menginap di rumah Jungkook saja." lanjutnya.

Ucapan Nayeon ada benarnya juga. Sehun akhirnya mengangguk kecil. Beranjak dari sofa,
diikuti oleh Nayeon. "Baiklah. Kurasa kau benar."

Sebelum Sehun berjalan menjauh menuju pintu, Nayeon tiba tiba saja sudah menggenggam tangan nya. Tersenyum hangat, gadis itu beralih memeluk Sehun.

"Kau tahu? Aku mungkin tak tahu apa masalahmu. Tapi, dulu ketika aku sedang sedih, ibuku selalu memelukku." ucap Nayeon lembut. Menepuk tepuk pelan punggung Sehun.

"Ibu bilang, pelukan dari orang yang kita sayang bisa menenangkan dan mengurangi sedih."
Sehun menggigit bibir bawahnya, menahan desakan emosi yang menguasai dirinya. Namun, perlahan hatinya menghangat seirama dengan sentuhan lembut Nayeon di punggungnya serta pelukan hangat itu.

"Walaupun mungkin aku bukan orang yang kau sayang, setidaknya aku harap aku bisa sedikit mengurangi perih lukamu."

Tanpa sadar Sehun menitikkan air mata. Hatinya bergetar.

Kedua lengan Sehun perlahan terangkat, membalas pelukan Nayeon bahkan lebih erat. Kepalanya tertunduk, menempel pada bahu kecil Nayeon. la menangis tanpa suara.

Sehum baru sadar, bahwa pelukan kecil dari gadis yang selama ini mengganggunya sungguh menenangkan. Dia bisa bebas meluapkan perasaannya, hingga bebannya terasa sedikit terangkat.

"Cup cup-jangan bersedih lagi, Sehun. Aku juga ikut sedih jika kau sedih." hibur Nayeon masih dengan senyum kecilnya. Tangannya beralih mengusap usap rambut Sehun.

"Terima kasih."

Tak ada lagi yang bisa Sehun ucapkan selain rasa terima kasihnya. Keberadaan Nayeon di sisinya yang tak pernah dia duga, mungkin sebuah anugerah.

Sehun bahkan tak ingin melepas pelukan itu. Harum tubuh dan kehangatan yang menenangkan dari Nayeon, membuatnya melupakan segala beban.

Jadi, bolehkah Sehun berharap dia bisa memeluk
Nayeon kapan pun dia ingin?







































To be continue...

haihai jangan lupa vote & comment nya yah sayang sayangkuuu...

Coming To You (Sehun x Nayeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang