Part 9

90 16 1
                                    

Typo bertebaran
Mohon koreksi ya kalau ada typo hihi







🍡🍡🍡

Tuan Jeon geleng geleng kepala melihat tingkah tiga muda mudi itu. Namun, bibirnya mengulas senyum kecil. Pemandangan yang manis, mengingatkannya akan masa mudanya dulu.

"Aish.. jangan bilang itu tadi juga merupakan bagian dari candaan." ujar Jungkook kesal.

Nayeon terkekeh, mengangkat sebelah alisnya. Dia tersenyum manis dan menggeleng. "Tidak! Aku serius, aku dan Sehun pulang bersama. Kita naik bus bahkan duduk berdampingan lalu-"

"Lalu, mengapa kau sangat senang hanya karena hal itu?" potong Sehun dingin.
Gadis itu berdehem, sejenak kaget mendengar ucapan dingin Sehun. Dia hanya belum terbiasa.

Namun, tak lama Nayeon kembali mengulas senyum manisnya.
"Karena menghabiskan waktu bersamamu memang menyenangkan bagiku, Sehun."

CTAK!

"Awwww! Yaakk!"
Nayeon memekik tak terima saat dahinya menerima sentilan yang begitu keras. Melotot tajam ke arah samping kanannya, Jeon Jungkook sedang memandangnya sebal.

"Kau jadi perempuan tidak bisa ya tidak usah terlalu blak blakan soal perasaanmu? Tidak tahu malu!" cibir Jungkook.

"Yakk! Apa maksudmu?" Nayeon melotot mendengar kata kata menyebalkan Jungkook.

"Sudah tidak jamannya perempuan hanya bisa memendam perasaannya. Kita, para perempuan juga berhak menunjukkan perasaan yang sesungguhnya. Memangnya hanya kalian para lelaki yang bisa melakukannya?" ucapnya menggebu gebu.

Tuan dan Nyonya Jeon sontak tertawa mendengar ucapan Nayeon. Membuat ruang makan kecil itu terasa ramai dan lebih hidup. Sedangkan Jungkook hanya berdecak kesal dan Sehun masih bertahan dengan raut wajah dinginnya.

"Aigoo kau benar Nayeon! Aku setuju sekali dengan ucapanmu itu! Astaga, kau lucu sekali sih!"
Nyonya Jeon tergelak dan mengacungkan ibu jarinya ke arah Nayeon yang disambut senyum lebar gadis itu dan Tuan Jeon tak tahan untuk tidak mencubit pipi tembam Nayeon dengan gemas.

"Andai saja aku punya anak perempuan sepertimu, aku akan sangat senang, Nayeon." ucap Nyonya Jeon penuh harap.

"Aku mau kok jadi anak perempuanmu Jeon Imo, hehe.." ucap Nayeon sumringah.

Sedangkan Jungkook melotot tak terima mendengar ucapan gadis itu. Apalagi ibu dan ayahnya tampak senang dan menyetujuinya.

"Yakk! Mana bisa begitu!" Jungkook berteriak tak terima.

"Kalau begitu, bolehkah aku memanggil kalian
Eommonim dan Abeonim?"

"Tentu saja, uri ttal, Nayeon!"

"Yakkkk!! Eomma! Appa!! Kalian tak bisa melakukan ini padaku!"
Jungkook mengerang sampai menghentak hentakkan kaki panjangnya. Bibirnya mencebik membuat siapapun yang melihatnya akan merasa gemas. Gemas ingin memukul bayi besar itu, maksudnya.

Nayeon yang melihat reaksi Jungkook, tersenyum manis pada lelaki itu. Mengelus elus rambutnya lembut.

"Mulai sekarang, bersikaplah baik pada noona ya, Jeon Jungkook."

Sehun yang sedari tadi memperhatikan dalam diam, berdecih kecil. Dengan manik kelamnya yang lekat memandangi si gadis bersurai cokelat itu.

"Benar benar gadis gila."

.
.
.
.
.

Jihyo membolak balikkan buku yang dibacanya
berulang kali. Menutupnya, lalu membukanya lagi. Entah untuk yang keberapa kalinya dalam satu jam ini. Pada akhirnya, dia memaksakan tubuh mungilnya untuk bangkit dari tempat tidur. Melangkah menuju balkon dan membuka jendelanya lebar lebar. Angin malam yang berhembus kencang lah hal pertama yang
menyambutnya.

Coming To You (Sehun x Nayeon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang