Hujan dan Demam

3.3K 240 28
                                    

Yeayyy!!! Adios juga update
Seneng ga? Kalo aku si seneng wkwk

.
.
.
.
.
.
.
.

Guyuran hujan mulai turun membasahi seisi bumi dengan airnya yang dingin, tak terlalu besar memang. Bahkan rasanya begitu sejuk tak sampai membuat menggigil.

Jeno, sosok pria yang bukan lagi remaja kini malah tengah asik bermain hujan di halaman samping rumahnya. Tak perduli dengan tetesan air dari langit yang terus membasahinya hingga keluncur.

Jeno tak sendiri, karena nyatanya ada sosok kecil kesayangannya yang kini juga tengah sama riangnya dengan sang papa. Bermain hujan dengan saling mengejar satu sama lain. Namun bedanya Chenle memakai jas hujan sebagai pelindung dirinya dari tetesan air hujan secara langsung, tidak dengan Jeno yang membiarkan jas hujan miliknya tersimpan rapi ditempatnya.

"PAPA AYO KEJAL AKU LAGI!!"

"Rawrrr, sini kamu bayi berisik!!"

Pasangan papa dan anak itu kembali saling mengejar dan mengejek satu sama lain, ditengah guyuran hujan yang mendinginkan suasana kota yang cukup panas mereka terus bergerak aktif. Tak tahu saja jika nanti sosok paling keibuan dirumah itu tau, sudah dapat dipastikan Jeno dan si kecil akan kena omel.

Namun siapa perduli? Lagi pula Renjun saat ini sedang tak ada dikediamannya. Submissive manis tersebut kini tengah menemani sang ibu mertua berbelanja sekaligus cek kesehatan.

Setelah lelah main kejar-kejaran di bawah guyuran hujan, kini keduanya memilih untuk mendudukan dirinya diatas ayunan di samping rumah yang khusus Jeno buat untuk anaknya.

"Papa Lele cape~"

"Papa juga cape Le."

Chenle menengok kearah sang papa, wajahnya pucat dan Chenle mulai khawatir. Takut papanya kenapa-napa mengingat mereka sudah terlalu lama bermain hujan.

"Papa ayo udahan, papanya udah pucet nanti sakit."

Chenle turun dari ayunannya lantas mengulurkan tangannya kepada sang papa, menuntun jalan menuju kedalam rumah. Keduanya langsung mandi menggunakan air hangat yang si kecil perintahkan.

Jeno hanya menurut, setelah mandi pasangan papa dan anak tersebut menggulung tubuh mereka didalam selimut hangat. Tak lupa Chenle juga memberikan baju tebal untuk sang papa agar tak kedinginan, bahkan Chenle juga menaikan suhu ruangan agar tetap hangat dan lagi-lagi agar sang papa tak kedinginan.

"Papanya pucet, mau Lele buatin teh anget ngga?"

"Emang kamu nyampe ke mejanya?"

Chenle menggeleng singkat kemudian cemberut, tinggi badannya masihlah cukup jauh untuk dapat menjangkau pantry dapur. Chenle tentu saja sedih karena tak dapat membuatkan teh hangat untuk papanya, jadi sebagai gantinya dia memeluk tubuh besar Jeno dengan kedua tangannya, meski tak terjangkau semua bagian.

"Aku peluk aja ya?! Bial papanya engga kedinginan."

Jeno tentu saja tak dapat menyembunyikan senyum tulusnya, anaknya memang didikan Renjun sekali, sangat peka terhadap sekitar dan mempunyai jiwa empati yang besar.

Hujan sudah berhenti membasahi bumi, yang tertinggal hanya rintik gerimis dan kubangan-kubangan yang terbentuk karena genangan air. Renjun baru saja sampai dirumahnya ketika matahari kembali muncul secara malu-malu dibalik awan yang masih kelabu.

Alisnya menyerngit ketika melihat jas hujan kecil tergeletak diteras rumah dengan keadaan basah. Apakah sang anak habis hujan-hujanan? Jika iya sudah dapat dipastikan jika Jeno juga ikut serta dalam kegiatan tersebut. Renjun ingin marah, tapi tak bisa karena dia sangat tahu bahwa sang suami memang suka bermain hujan begitupun dengan anak kesayangannya.

Keluarganya Lele || NorenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang