KOMENTAR-KOMENTAR KALIAN DI TUNGGUUU!
komen yang banyak untuk waktu update book ini wkwk
selamat malam, dan selamat membaca.
—s t u p i d l o v e—
"Dalem banget gila, mana nusuk banget lagi." Ucap Lisa menanggapi perkataan Rose.
"Iya, gue aja sampe nangis saking bikin sakitnya."
"Ambigu perkataan lo pada anjir!" Pekik Rose setelah mendengar perkataan kedua sahabatnya itu.
Jennie mengerjab tidak paham, lalu mengerti setelahnya dan tertawa. "Otak lo mikir apa pea?!" Tanya Jennie yang dibalas cengiran kuda dari Rose.
"Paling juga mikir yang iya-iya dia Je."
"Bisa jadi sih," tanggapan Jennie menyetujui perkataan Lisa.
"Ya lagian, bahasanya begitu. Otak gue langsung rekreasi gini jadinya."
"Tapi seriusan, filnya nyentuh banget anjir! Perjuangan Ayah buat anaknya." Ucap Lisa antusias setelah menyaksikan sebuah film yang berhasil membuat mereka bertiga maewek berjama'ah. "Kagak kaya Papa gue ya, haha,"
"Loh, kok jadi kesana Lis?" Ucap Jennie yang seolah tau akan kemana topik mereka kali ini.
"Gue capek, capeeeek banget dengerin orang berantem di rumah. Setiap orang pengen ketenangan kan? Gue juga pengen banget anjir! Pengen ngerasain gimana sih orang tua sayang sama anaknya, haha yang satu selingkuh, yang satu sibuk kerja. Anaknya ngapain aja di biarin hahaha bangsat."
Ya, begitulah kehidupan seorang Lisa. Tidak ada hal yang pantas di sebut bahagia saat ia berada di rumah. Tidak ada kata tentram, tenang, apalagi harmonis. Kebahagiaan Lisa justru ada di luar rumah, sedangkan rumah adalah neraka untunya. Hanya Jennie, Rose, dan Ten yang bisa disebut rumah bagi Lisa.
"Hei hei hei jangan nangis!" Jennie merengkuh tubuh Lisa yang sudah mulai bergetar. Menangis tentunya. Di susul oleh Rose yang ikut memeluk. Mereka berpelukan, membagi kehangatan dari setiap daksa mereka.
Setlah pelukan mereka terlepas, Rose ikut menimpal. "Dengerin gue. Kita itu sama, Lis. Orang tua gue juga jarang ada waktu buat gue kan? Gue kaya sendiri, gue kesepian. Gue ngerasain tenang, tapi gue butuh sedikit keramain dari mereka. Ramainya pelukan dan sapaan setiap harinya, ramainya ucapan selamat pagi atau selamat malam seelum gue tidur. Kita sama Lisa, orang tua kita sama-sama bukan rumah untuk kita."
"Gue harus apa? Gue cape dengerin mereka berantem setiap hari."
Jennie tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin yang mereka butuhkan adalah kalimat penenang dan kalimat penyemangat. Ya, Jennie harus coba itu. Ia harus menjadi penguat saat dua raga mulai runtuh jiwanya. "Lo berdua harus tetap kuat dan bertahan. Itu jawabannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
stupid love. [Taeyong - Jennie] -END✅
Teen Fiction[END] Taeyong nya kalem, Jennie nya bar-bar. Semoga sabar membaca sifat Jennie yang bikin ngelus dada kalo sama Taeyong. Juga, jangan lupa berkenalan dengan Ja dan temen-temannya. Semoga juga kalian bisa mengerti tentang sifat Taeyong yang begitulah...