aku ngambek kalo komennya sedikit, serius deh.
yagimana yaa aku ngebut ngetin all stories ini mah buset😭😭🙏.
—s t u p i d l o v e—
"Kak,"
"Hm? Bentar dulu ngomongnya, duduk dulu. Yuk sini gue bantu." Ja mengangguk setuju sebelum melanjutkan pembicaraannya, dengan dibantu oleh sang Kakak kini badannya sudah bersandar pada kepala ranjang kamarnya.
Ya, Ja sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena Ja sendiri yang memaksa untuk pulang. Katanya Ja suntuk dan bosan di dalam ruangan bau obat tersebut, lebih baik rawat jalan di rumahnya, toh kan tetap sama—akan selalu berdua bersama Kakaknya.
"Tadi mau ngomong Ja?"
"Kaki gue... Kapan sembuh?"
Ah benar, akibat kakinya yang tertimpa badan motor miliknya sendiri hari itu, kakinya mengalami kelumpuhan. Ja tidak terima, mengapa nasib malang ini harus menimpanya, ingin marah, tapi marah pada siapa? Ja tak terima, ia ingin tetap bisa berjalan. Namun karena ada penenang utamanya saat itu, Ja mulai paham karenanya.
Berterima kasihlah pada kalimat-kalimat penenang yang selalu diberikan oleh Jennie untuknya. Lagi-lagi, kelembutan yang Jennie beri pada Ja berhasil membuat Ja merasakan kenyamanan yang luar biasa.
Jennie tersenyum kecil, jujur saja ia juga tidak tahu jawaban tentang pertanyaan itu. Namun sebisanya, Jennie ingin membuat Ja merasa sedikit lega dengan jawaban yang akan ia lontarkan. "Hm... sebentar kagi! Kan Adek udah tau kalo itu cuma smentara. Pasti sebentar lagi mah sembuh."
Adek, sebutan itu kini jadi panggilan yang ingin selalu Ja dengar. Sebutan itu seakan menjadi sound dan rekaman terbaik yang Ja dengar, karena ia sadar, selama ini ia terlalu munafik.
Ia bersikap seolah menolak mentah-mentah segala bentuk perhatian dan segala hal tentang Kakaknya, namun sebenarnya semua hanya sesuatu yang ingin ia tampilkan untuk menghilangkan harapan tentang hal-hal yang ia bayangkan; dan hanya bisa menjadi bayangan untuk selamanya. Ja selalu berusaha untuk jauh dari apapun tentang Kakaknya.
Ja mengangguk, "maaf..."
"Maaf buat apa? Lo ngga bikin kesalahan sama sekali perasaan."
"Buat semuanya. Gue jahat banget sama lo, Kak. Gue sering nyakitin lo, dan buat lo banyak nangis, kan? Maaf sering buat lo sakit hati."
Jennie menggeleng lalu mengusap punggung tangan Adiknya, lalu menciumnya penuh kasih sayang. "Gue ngga terima maaf dari lo." Jawabnya lalu melepaskan tangan Ja. Jawaban itu membuat pemuda itu menunduk dalam. "Gue sadar diri, gue ngga pan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
stupid love. [Taeyong - Jennie] -END✅
Fiksi Remaja[END] Taeyong nya kalem, Jennie nya bar-bar. Semoga sabar membaca sifat Jennie yang bikin ngelus dada kalo sama Taeyong. Juga, jangan lupa berkenalan dengan Ja dan temen-temannya. Semoga juga kalian bisa mengerti tentang sifat Taeyong yang begitulah...