Kumon

4K 397 11
                                    

Celine melihat Mark menerima piala di panggung dengan kagum.

Sentul International Convention Center hari itu penuh dengan anak-anak. Setiap tahun akan ada pemberian piala untuk anak-anak yang berhasil menyelesaikan level 5 tingkat di atas kelasnya dan pemberian pelakat untuk mereka yang sudah menyelesaikan seluruh level di Kumon.

Iya, Kumon. Les matematika yang PR nya ada setiap hari.

"Cece juga mau piala," kata Celine dengan mata yang tidak lepas dari piala di tangan Mark.

Jerome menoleh pada adiknya. "Jangan, Dek. Nanti kamu punya PR banyak banget!"

Celine manyun. "Tapi aku juga mau piala kaya Kakak."

"Celine beneran mau?" tanya Tytan pada putrinya yang berusia lima tahun. Ia menoleh pada Jeff yang duduk di sebelahnya.

Celine mengangguk.

"Tapi harus sampai selesai, ya. Bubu gak mau kalo Celine berhenti di tengah jalan," pesan Tytan.

.
.
.

Awal-awal, level yang dilalui Celine memang masih mudah. Hanya menarik garis dan menghitung bola. Celine senang-senang saja mengerjakannya. Tapi semua berubah saat Celine naik level dan sampai pada materi perkalian.

"Ce, udah kerjain PR Kumon-nya belum?" tanya Bubu melihat putri kecilnya bermain iPad di ruang keluarga sore itu.

"Belom."

"Kok belom? Besok kan mau les." Tytan menarik iPad dari tangan Celine. "Ayo kerjain."

"Buuu... itu videonya tinggal dikit lagi abis!" rengek Celine.

Tytan menggeleng. Ia mematikan layar iPad lalu menyimpannya ke atas lemari pajang yang sulit dijangkau.

"Ayo kerjain PR-nya sama Bubu." Tytan mengambil tas les anaknya dan mengeluarkan dua set soal matematika 20 lembar yang belum terisi.

Celine manyun. "Gak mau. PR-nya susah."

"Celine," panggil Tytan geram. "Ayo kerjain PR-nya!"

Dengan ogah-ogahan, Celine mengambil pensil lalu menulis jam mulai di ujung kertas dan mulai mengerjakan PR-nya.

Jerome yang kebetulan lewat melongok ke lembar PR Celine. "Ini mah masih gampang!"

Celine jadi sengit. "Apanya yang gampang?"

"Iya, lah. Cuma kali-kalian gitu," ledek Jerome. Dia sudah melewati level yang Celine kerjakan.

"Dedek udah bikin PR-nya belom?" tanya Tytan.

"Eh?" Jerome langsung kabur ke kamarnya.

"Jerome!" panggil Tytan.

Perempuan itu pergi menuju kamar Jerome--tempat anaknya sembunyi. "Dedek. PR-nya udah belom?" Dia mengambil tas anaknya lalu memeriksa lembar kerjanya. "Kamu juga belom ngerjain PR-nya."

"Kan yang belom aku kerjain yang hari ini," kata Jerome alasan.

"Sana, kerjain sama Cece," perintah Tytan.

Susahnya punya anak tiga. Dia harus memastikan seluruh anaknya mengerjakan PR-nya masing-masing. Tytan pergi ke kamar Mark, memeriksa PR-nya yang sudah rapi dikerjakan. Memang, Mark paling rajin dan bisa diandalkan.

Ia kembali ke ruang keluarga untuk melihat Jerome dan Celine yang duduk bersebelahan di meja.

"Kak, aku mau berhenti aja," Celine misuh-misuh sambil berusaha mengingat-ingat perkalian yang sudah ia hafali beberapa hari lalu.

"Kan aku udah bilang jangan," timpal Jerome kesal.

.
.
.

A/n : bukan sponsored ya... cuma curhat aja pas les kumon PR nya ada tiap hari wkwkwkk...

Tapi sekarang aku mikir, sebenernya kumon tuh bukan cuma les matematik, tapi latihan kerja cepat dan tepat. (Kalo kalian les, pasti kalian tau semua lembar kerja dihitung pake menit dan kalo ada salah disuruh benerin sampe bener. Satu materi yang sama bisa diulang 3-4 kali wkwkk)

Btw, terakhir aku denger kumon dapet piala yang udah 5 level di atas kelas. Waktu jaman aku les masih 3 level.

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang