Papa Mertua

2.8K 249 11
                                    

Biarpun Jeffrey pacaran selama lima tahun dan sekarang sudah menginjak peringatan kedua tahun pernikahannya dengan Tytan. Tetap saja, jiwa mahasiswa dan dosen pembimbing itu gak segera hilang dari jiwa Jeffrey.

Rasanya Jeff masih canggung memanggil Pak Surya dengan sebutan Papa.

.
.
.

"Bu, menurut kamu gimana; mending aku ambil sertifikasi atau lanjut S2?" tanya Jeffrey pada Tytan pada suatu waktu.

Tytan yang sedang menggendong Mark yang lagi menyusu menoleh pada Jeffrey. Suaminya baru habis mandi sepulang kerja.

"Bedanya apa?"

"Kalo sertifikasi lebih spesifik. Ada kelas belajarnya dulu sebelum tes. Biaya pendaftarannya 1000 dolar. Untuk tes 1 level-nya 450 dolar. Terus gelarnya berjenjang dan harus diperpanjang setiap tahun dengan ikut seminar atau kelas pelatihan lagi." Jeff duduk di sebelah Tytan. "Kalau S2, aku udah cek ke UI dan PrasMul sekitar 100 sampai 150 juta. Kuliahnya dua tahunan dan gelarnya seumur hidup."

"Hmm... mirip ya Jeff. Aku jadi ikut bingung," kata Tytan sambil nyengir.

Sejujurnya, untuk Tytan sendiri, dia sudah tidak terpikir untuk lanjut pasca sarjana semenjak punya anak. Ia dan Jeffrey bahkan berencana untuk jadi ibu rumah tangga saja mengingat Tytan ingin sekali merawat anak mereka.

"Mau tanya Papa?" Mata besar Tytan mengerjap.

Dahi Jeff berkerut. "Pak Surya?"

"Udah jadi papa mertua kamu, lho..." dumal Tytan. "Iya. Papa kan juga S2, terus gelarnya juga banyak. Kamu tanya Papa aja baiknya gimana."

Duh... gimana, ya?

Tytan memandangi wajah Jeff yang berubah pucat lalu tertawa. "Takut, ya, ngomong ke Papa?"

"Nggak," dustanya. Tapi wajah Jeff nggak bisa bohong. Tujuh tahun bersama membuat Tytan dengan mudah membaca air wajahnya.

Tangannya mengelus pipi Jeff. "Minta nikahin aku, berani. Masa nanya lanjut kuliah nggak berani?"

"Ty..." rengek Jeff yang sudah memendam wajahnya di lekuk bahu Tytan.

Jeff diam beberapa saat. Tytan membiarkan Jeffrey bermanja-manja di bahunya meski berat (kadang Jeffrey tidak ingat kalau badan Tytan itu lebih kecil dari dia).

.
.
.

"Jeffrey, Tytan!"

Begitu turun dari mobil, Tytan langsung disambut pelukan Mama.

"Ya ampun... Cucu Oma udah besar!" katanya lalu mengambil Mark dari pelukan Tytan untuk dimonopoli.

Sabtu itu, Tytan dan Jeffrey memutuskan untuk pergi ke Bandung. Sudah lama mereka tidak pulang. Katanya Opa Oma-nya Mark kangen sama cucunya. Padahal Jeff yakin, ini hanya akal-akalan Tytan supaya Jeff bicara dengan Pak Surya.

"Pa, sehat?" tanya Jeff basa-basi ketika melihat Pak Surya duduk di sebelah istrinya yang masih memangku Mark yang kelihatan senang bertemu Opa Oma-nya.

"Sehat," jawab Pak Surya singkat lalu kembali bermain dengan Mark.

Jeff melangkah menuju kamar Tytan yang akan mereka inapi untuk semalam ini (besok mereka sudah harus pulang karena hari Senin Jeffrey kerja). Ia meletakkan tasnya di meja rias Tytan yang kosong, lalu menghempaskan tubuh ke kasur.

"Capek ya, Jeff?" tanya Tytan saat masuk ke kamar untuk mengambil botol susu Mark.

Jari Tytan mengusap rambut Jeffrey. "Ganti baju dulu, gih. Terus tidur."

Jeff menurut, ia segera ganti baju lalu kembali berbaring hingga kantuk menyergap. Nyetir dari Jakarta ke Bandung ditambah macet yang tidak berakal itu membuat badan Jeffrey lelah bukan main. (Empat jam perjalanan dan naik mobil manual! Ingetin Jeffrey buat menukar mobilnya dengan mobil matic.)

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang