IPA atau IPS? (3)

1.9K 220 0
                                    

"IPS."

"Yakin, Ce?" tanya Tytan di suatu malam saat Celine masih libur kelulusan SMP.

Anak bungsunya lagi tidur-tiduran di sofa panjang ruang keluarga sambil nonton variety show di handphone.

"Yakin," jawab Celine. "Aku gak mau, ah, kaya Kak Dedek remedial melulu. Capek. Mending yang pasti-pasti aja kaya Kakak. Lagian aku juga nggak mau masuk kedokteran atau teknik, ngapain masuk IPA?"

Melihat bagaimana Mark dan Jerome menjalani kehidupan SMA, Celine semakin yakin pada pilihan jurusannya. Kelihatannya capek banget jadi Jerome. Setiap kali ulangan kimia, pasti aja remedial. Soalnya Jerome beneran nggak paham soal kimia. Biarpun Renjana udah ngajarin tiap Sabtu, tetep aja dia gak bisa paham kenapa pindah-pindahan ion itu bisa terjadi. Gara-gara pelajaran Kimia, orang tua mereka sampai dipanggil ke sekolah. Celine nggak mau kaya gitu.

"Lagian kalo aku nggak bisa, nanti kan bisa minta diajarin Kakak," alasan Celine.

Tytan dan Jeff saling pandang-pandangan.

"Emang cita-cita Cece jadi apa?" tanya Jeff sambil mendudukkan diri di spot kosong dekat kaki Celine.

"Business woman," jawabnya.

"Oh, yaudah." Jeff membubuhkan tanda tangannya di surat pernyataan IPS yang sejak seminggu lalu jadi sumber masalah keluarga. "Nih. Besok balikin ke sekolah, ya."

Alis Celine naik. Dia mematikan layar ponselnya lalu membenarkan cara duduknya di sofa. Ia menatap Jeff dan Tytan dengan mata tak percaya.

"Serius?!"

Tytan menghela napas lalu duduk di sebelah Celine. "Asal kamu janji sama Bubu, kamu serius sama pilihan kamu."

Udah seminggu ini mereka sering banget ngebahas masalah jurusan. Seperti yang sudah-sudah, Tytan menyarakankan Celine masuk IPA. Tapi Celine kekeuh pilih IPS.

Celine, tentu saja, cari pembelaan pada Papa. Siapa lagi yang ngajarin hal ini kalo bukan Kak Mark dan Jerome?

Jeff kembali memandang Tytan yang sudah menyerah untuk menyuruh anak-anaknya masuk jurusan tertentu dengan senyum lembut. Belajar dari pengalaman mereka dengan Mark dan Jerome, Tytan akhirnya paham yang harus mereka lakukan sebagai orang tua adalah mengarahkan anak mereka agar lebih dekat dengan cita-citanya. Bukan malah menjadi pelampiasan cita-cita tak tercapai orang tuanya.

Celine nyengir. Dia memeluk pinggang Tytan erat. "Janji!" jawabnya girang.

.
.
.

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang