Saturdate

2.2K 236 7
                                    

"Bu," panggil Jeff pada Tytan yang duduk memeluk bantal di ranjang. Matanya nggak lepas dari layar TV 48 inch di kamar mereka yang lagi muter drama Korea.

"Hmm?"

"Jalan-jalan, yuk. Mumpung hari Sabtu," ajak Jeff yang dari tadi dikacangin Tytan demi oppa-oppa Korea (yang sebenernya udah bukan oppa lagi buat umur Tytan).

"Mager, Jeff. Drama-ku tanggung, nih. Tinggal dua episode lagi, terus selesai," ucap Tytan membuat Jeff memutar mata.

"Iya, yang ini dua episode. Tapi kulihat di watching list kamu judulnya masih banyak," gerutu Jeff.

Tytan menoleh sambil nyengir. Ia mendusal di pipi Jeff. "Hehe... kamu tahu aja." Lalu mengecup pipi Jeff yang masih bete.

Ya jelas tahulah, kan mereka sharing akun Netflix.

Jeff duduk di sebelah Tytan yang langsung bersandar di dadanya. Tangan kanannya menyugar rambut Tytan yang searoma mawar.

"Tumben sepi. Anak-anak pada kemana?" tanya Tytan.

"Mark ke gereja. Celine lagi pergi sama Wulan. Jerome di kamarnya. Kayanya lagi main game, soalnya tadi aku denger dia teriak-teriak sendiri," jawab Jeff. Ia memendam wajahnya pada helai rambut Tytan yang minggu lalu dicat warna coklat.

"Oh..." Tytan mengangguk. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Jeff. Kepalanya mendongak, balas memandang Jeff yang juga sedang menunduk padanya. "Kita begini juga udah kaya pacaran lagi, kan?"

Jeff cuma tersenyum lalu mencium dahi Tytan.

Sejak punya anak, rasanya jarang banget mereka punya waktu berduaan. Apalagi waktu anak-anak masih kecil. Ketiga anak mereka suka banget ngegangguin atau sekedar tidur-tiduran di kasur mereka yang lebar.

Baru belakangan ini, saat anak-anak mereka beranjak dewasa dan punya dunianya masing-masing, mereka punya banyak waktu berduaan lagi. Mark, Jerome, dan Celine lebih banyak menghabiskan waktu bareng teman-temannya dibandingkan bersama orang tuanya. Itu membuat Tytan dan Jeff sadar kalau yang mereka miliki hanya satu sama lain.

Rumah yang dulu selalu berisik dengan omelan Tytan, kejahilan Jerome, ocehan berisik Celine, dan petikan gitar Mark perlahan menjadi sunyi.

"Aku sayang kamu," kata Jeff tiba-tiba.

Pria itu mengecup dahi Tytan, lalu turun ke pipi, sampai pada bibirnya. Ia menyesap bibir merah Tytan dengan lembut. Kedua matanya sudah terpejam, membiarkan instingnya yang bekerja.

Tangan Tytan naik meraih tengkuk Jeff. Ia meremas rambut di belakang kepala suaminya, memperdalam ciuman mereka. Matanya terpejam, begitu juga telinganya yang terasa tuli dari percakapan drama yang masih berlangsung.

"Pa, Bu, Dedek..."

Pintu dijeblak terbuka. Jerome terpatung di tempatnya, masih syok saat melihat kedua orang tuanya yang tiba-tiba melepaskan diri.

Tytan buru-buru menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah tomat masak ke dada Jeff. Ia sama sekali tidak punya muka untuk menghadap anaknya sendiri.

Jeff memandang anaknya dengan napas terengah. Ia menyeka liur di bibirnya dengan punggung tangan sambil menekan malu.

"Kenapa, Dek?"

Sadar apa yang baru saja ia lakukan, Jerome buru-buru balik badan dan menutup pintu kamar orang tuanya rapat-rapat.

"Cek handphone, Pa!" serunya dari luar kamar.

Jantung Jerome berdetak sangat cepat. Ia lari menuruni tangga dan pergi ke dapur untuk mencari segelas air dingin bagi tenggorokannya yang mendadak kering.

"Anjir! Mata gua udah gak polos lagi."

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

A/n : syok gak sih kalo jadi Jerome? Wkwk...

Btw, temen-temen, kalian lebih suka cerita-cerita fluff kaya gini ya?

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang