Nol

3.1K 327 3
                                    

"Ce, udah selesai beresin bukunya?" tanya Tytan. Kepalanya melongok pada kamar putrinya yang didominasi warna putih dan merah muda.

Celine buru-buru menyembunyikan buku PS Matematikanya di bawah buku lain. "Ah, iya Bu. Udah," jawab Celine dengan gugup.

Alis Tytan naik satu, tapi tidak mengatakan apa-apa. "Yuk, turun makan." Tytan berlalu lebih dulu ke ruang makan.

Diam-diam, Celine menghembuskan napas lega.

.
.
.

"Pa. Pa," panggil Celine pada Jeff di dapur yang lagi bikin kopi buat menemani lembur.

Hari sudah malam. Sudah jam setengah sepuluh. Rumah jadi sepi sekali karena semua penghuninya lebih memilih menyesap di kamar masing-masing.

"Kenapa, Ce?" Jeff menoleh pada Celine yang membawa buku dan bolpen biru di tangan. "Mau tanda tangan, ya?"

Celine mengangguk.

Jeff membawa kopinya ke meja makan sebelum duduk di kursi dan membuka lembar buku PS yang Celine bawa. Ia menoleh pada anak gadisnya yang menunduk. "Kok bisa nol, Ce?"

Angka nol bulat-bulat ada di kotak nilai. Jeff nggak paham, soalnya Celine udah bisa perkalian, bahkan sekarang lagi belajar pembagian di Kumon. Kok bisa dapat nol di materi pengurangan bersusun?

Celine manyun. "Lupa caranya."

"Lupa atau nggak ngedengerin bu guru?" pancing Jeff sambil membubuhkan tanda tangannya di sana.

"Gak dengerin," aku Celine. "Kukira aku udah bisa soalnya udah lewat di Kumon. Ternyata lupa."

"Jangan bilang Bubu, ya, Pa?" Celine takut banget kalo Bubu tahu. Soalnya Celine dapet nilai enam aja Bubu marah, apalagi ini dapet nol.

Jeff menghela napas. Nggak mungkin dia nggak bilang ini ke Tytan. Ia mengusak pucuk kepala Celine. "Papa gak janji."

"Paaa..." rengek Celine.

"Makanya, jangan sombong ya, Ce. Ibu gurunya tetep harus didengerin meskipun Cece udah bisa," pesan Jeff. Ia mengembalikan buku dan pen pada Celine. "Janji?"

"Janji!"

Jeff mengangguk. "Udah sana tidur. Besok pagi harus sekolah."

Celine segera pergi ke kamarnya.

.
.
.

"Bu," panggil Jeff. Ia membawa cangkir kopi hitamnya ke kamar. Laptopnya masih menyala di meja kerja.

Tytan yang tiduran di kasur dan sudah mengantuk jadi membuka matanya dan hanya melirik.

"Celine dapet nol di pelajaran matematik," lapor Jeff.

"Ha? Kok bisa?" tanya Tytan mendadak tidak mengantuk lagi. "Pantesan dia aneh banget tadi. Kaya lagi nyembunyiin sesuatu dari aku."

"Dia bilang gak ngedengerin gurunya soalnya dia ngerasa udah bisa. Ternyata lupa," jawab Jeff yang sudah duduk di depan laptopnya. "Jangan dimarahin ya anaknya. Tadi udah aku bilangin, soalnya."

Tytan mendengus. "Anak kesayangan, sih," sinisnya.

"Ty..." Jeff paling malas kalau Tytan sudah menyindirnya begitu.

"Kamu juga jangan terlalu manjain anaknya, Jeff. Nggak baik kalo kamu begitu. Aku marahin tapi kamu belain, lama-lama nanti jadi kebiasaan," kata Tytan. "Lagian, Mark sama Jerome bisa ngiri kalo kamu begitu ke Celine. Ketara banget loh, Jeff."

Jeff udah sering banget mendengar keluhan Tytan soal ini. Iya, Jeff tahu kok kadang dia terlalu berlebihan kalo menyangkut Celine. Soalnya Celine anak paling kecil dan perempuan satu-satunya.

"Iya, gak aku marahin," janji Tytan sebelum menyelimuti dirinya sendiri. "Kamu jangan tidur kemalaman, ya."

Besoknya, Tytan benar-benar menepati janjinya untuk tidak memarahi Celine. Dia pura-pura tidak tahu tentang nilai nol itu.

.
.
.

A/n : favoritism di keluarga tuh gak baik.

Btw, nilai nol Celine tuh pengalaman aku waktu kelas 2 SD. Haha... tapi mamaku tahu sih. Tapi aneh banget, dia gak marah waktu itu. Padahal aku udah takut banget wkwkk....

Gak tau ya, tapi aku ngerasa useless aja gitu bilang "Jangan kasih tau mama/papa" karena ujung-ujungnya mereka tetep tau. HAHA

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang