Flashback : Renggang

2.5K 209 53
                                    

"Ya, Jul. Kenapa?"

Tytan menoleh ke sampingnya, memperhatikan Jeffrey mengangkat panggilan telefon dari Julie, staff-nya untuk engagement baru.

"Nggak, kok. It's fine. Jadi gimana?" Jeffrey menoleh pada Tytan. Mulutnya mengucap "Aku keluar sebentar," tanpa suara lalu pergi meninggalkan Tytan sendirian di ruang pameran dress pernikahan itu bahkan sebelum Tytan sendiri menjawab.

Bukan sekali atau dua kali Jeffrey seperti ini. Tytan ditinggal gara-gara panggilan dari Julie.

Julie, staff baru Jeff sejak setahun lalu. Awalnya Tytan tidak menaruh curiga sama sekali pada gadis cantik keturunan Manado-Belanda itu. Anaknya manis, agak lucu dan sering jadi bahan ledekan orang-orang karena gadis itu masih culture shock dengan budaya lokal setelah bertahun-tahun tinggal di luar negeri.

"Kasian, anaknya dikerjain mulu sama Nathan," kata Jeffrey ketika menceritakan soal staff baru di bawahnya itu.

Awalnya semua baik-baik saja. Julie memang sering menelfon untuk tanya ini-itu soal kerjaan ke Jeffrey. Tytan juga tidak menaruh curiga lantaran pekerjaan Jeffrey memaksanya untuk selalu siap dihubungi 24/7. Dan bukan hanya Julie, semua staff dan atasan Jeffrey hampir selalu ada saja yang menelfon di luar jam kerja. Tytan sudah biasa.

Tapi lama kelamaan, rasanya percakapan Jeffrey dan Julie jadi terasa semakin keluar konteks pekerjaan. Bahkan Jeffrey yang biasa tidak terlalu masalah mengangkat telefon di samping Tytan, perlahan seperti menjauh apa lagi kalau kaitannya dengan Julie.

"Teh, ini katalog barunya," kata seorang pegawai bridal menyadarkan Tytan dari lamunannya.

Tytan berusaha mengatur senyumnya. Ia melihat-lihat foto dress pernikahan yang cantik-cantik di katalog tersebut. Sayang, tak satupun menarik perhatian Tytan lantaran kepalanya sibuk memikirkan Jeffrey yang tidak kunjung kembali. Apa sepenting itu panggilan dari Julie?

Perempuan 28 tahun itu memotret beberapa design gaun dengan ponselnya kemudian  menutup buku tebal itu dan meletakkannya ke meja. "Gaunnya cantik-cantik, saya sampe bingung harus milih yang mana. Saya diskusiin dulu sama keluarga, ya."

"Boleh, Teh. Nanti kabarin saya saja kalau sudah ada keputusannya. Tapi jangan lama-lama ya, Teh. Takutnya nanti yang Teteh mau udah disewa orang," kata pegawai bridal tersebut sambil mengantar Tytan ke pintu keluar.

Jeffrey yang baru menutup telefon dan hendak kembali ke dalam ruko tiga lantai itu mengerjapkan mata. "Loh, kenapa keluar, Ty? Udah selesai milihnya?"

Tytan menggeleng. "Aku mau bahas beberapa dulu sama kamu, sama papa-mama juga," jawab Tytan. "Kita bahas di rumah aja, ya?"

Jeffrey mengangguk. Ia dan Tytan segera masuk ke mobil Kijang Innova di depan ruko tersebut. Keduanya diam di sepanjang jalan kembali ke rumah orang tua Tytan di daerah Dago Pakar.

Tytan sibuk menutup mulut, berkutat dengan pikiran dan perasaan tak nyaman yang menghantuinya beberapa bulan terakhir.

Persiapan pernikahan Tytan dan Jeffrey sudah mencapai 50%. Gedung sudah di DP. Dekor gedung sudah dapat. Vendor percetakan untuk undangan sudah fix. Jas untuk Jeffrey juga sudah dapat. Mereka juga sudah melakukan beberapa kali test food, meskipun belum memutuskan akan memakai catering mana. Gaun pernikahan Tytan masih dicari. Dan modul pendidikan pra-nikah mereka sudah terisi hampir tiga per empatnya.

Pernikahan mereka yang rencananya di bulan Mei nanti tinggal empat bulan lagi, tapi mendadak perasaan Tytan malah jadi tidak jelas begini.

Ponsel Jeffrey kembali berdering. Tytan sempat melirik layar ponselnya menampilkan nama Julie lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang