Lelah

3.2K 303 2
                                    

Punya anak tiga itu melelahkan, apalagi semuanya masih kecil-kecil.

Tytan yang seharian di rumah sering kewalahan menghadapi anak-anaknya apalagi saat ini Celine, si bontot, sudah mulai bisa merangkak yang kadang bikin Tytan was-was kalo anak itu akan jatuh dari ranjang kalau Tytan melepas pandangannya barang sesaat. Belum lagi Jerome yang banyak tingkah dan Mark yang lagi seneng-senengnya nanya apa ini apa itu. Semua bikin kepala Tytan rasanya mau pecah.

Semua kekesalannya yang tidak bisa ia katakan itu kadang berakhir menjadi nada suaranya yang meninggi ketika menghadapi Jeffrey yang baru pulang kerja. Mereka jadi sering berantem untuk hal-hal remeh yang sebenarnya bisa dibicarakan secara baik-baik.

Jeff tau, ada yang nggak beres.

"Kita cari ART aja, Ty," kata Jeff yang setiap pulang kerja selalu mendapati Tytan kelelahan. Bahkan untuk makan dan mandi saja rasanya Tytan nggak punya waktu. Ada aja kelakuan ketiga anaknya. Jeff jadi kasihan pada Tytan.

"Nggak mau, Jeff. Kan aku mamanya. Masa anak aku dirawat sama ART?" tolak Tytan.

"Tapi kamu sampe kecapekan gitu, loh." Jeff sedang memeluk anak keduanya yang tertidur sehabis minum susu di pangkuannya. "Maksudku, kamu udah keteteran banget. Rumah berantakan, kamu juga nggak sempet ngerawat diri. Kalo ada ART paling nggak dia bisa bantu kamu ngerapiin rumah, Ty."

Tytan benar-benar nggak berhenti kerja sejak subuh. Badannya dengan cepat jadi kurus setelah melahirkan gara-gara menjaga ketiga anaknya. Bahkan setelah anak mereka tidurpun, Tytan masih harus berberes rumah. Untung Jeffrey mau membantu Tytan mengerjakan hal-hal rumah tangga seperti menyapu dan mengepel lantai.

"Ty, pakai ART bukan berarti peran kamu berkurang sebagai ibu," kata Jeff yang tahu benar ketakutan Tytan. "Kamu akan tetep jadi ibunya Mark, Jerome, dan Celine."

Tytan selalu cerita kalau dia nggak terlalu dekat dengan ibunya. Ibunya pergi bekerja sejak Tytan berusia 3 bulan sehingga Tytan merasa kalau dia nggak punya banyak kedekatan emosional dengan ibunya sendiri. Dia malah jadi lebih dekat dengan Neneknya yang merawat dia dari kecil. Karena merasakan itu, Tytan nggak mau kalau dia jadi nggak dekat dengan anak-anaknya.

Perempuan itu memandangi kamarnya dan Jeff yang sekarang dihuni mereka berdua dan ketiga anak mereka yang sudah tertidur. Mark dan Jerome nggak mau tidur di kamar sendiri, katanya takut. Sedangkan Celine masih sering terbangun malam-malam entah untuk menyusu atau buang air. Semua kelihatan sangat berantakan. Jeff yang terlalu rapi jadi sering naik pitam sendiri melihat kondisi rumah.

Jeff membaringkan Jerome di ranjang lalu menyusun bantal agar anaknya tidak berguling dan jatuh.

Ia mendekati Tytan yang berdiri di tepi ranjang bayi Celine. Ia memutar tubuh kecil Tytan agar perempuan itu menatapnya. "Ty..." Ibu jari Jeffrey mengusap pipi Tytan yang udah berair karena air mata. Wajah istrinya yang cantik itu terlihat sangat kuyu. "Kamu udah kelelahan."

Meskipun Tytan nggak bilang seberapa lelah dan frustasinya dia dalam mengurus rumah, tapi Jeff sadar karena Tytan seolah lupa dengan dirinya sendiri.

Tytan sesenggukkan. Ia menghapus air matanya dengan punggung tangan. Dia pikir karena sudah berhasil merawat Mark, dia akan berhasil merawat semua anak-anaknya berbarengan. Nyatanya nggak. Tytan jadi sering marah dan tiba-tiba menangis seperti ini saking kesalnya. Entah kesal pada anaknya, pada keadaan, atau kepada dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan situasi.

"Aku pikirin dulu, Jeff," kata Tytan masih nggak rela. Ia memandangi wajah putri kecilnya yang tembam dan kemerahan.

Jeff menghela napas. "Atau kamu mau Mama dateng dulu? Paling nggak Mama bisa bantu kamu ngawasin anak-anak kalo kamu lagi mandi atau beresin rumah."

Tytan menggeleng. Dia juga nggak mau merepotkan ibu ataupun mertuanya. Ini kan anak Tytan, harusnya orang tua mereka nggak perlu ikutan repot.

Jeff memeluk Tytan, mengusap rambutnya. "Kamu udah ngelakuin yang terbaik. Anak-anak akan tetep sayang sama kamu." Jeff mengecup dahi Tytan, berharap perempuan itu tahu sebesar apa sayang Jeffrey pada dia.

Tytan mengangguk di dada Jeffrey. Ia berharap seperti itu.

.
.
.

Akhirnya Tytan menyerah dengan opsi mempekerjakan seorang ART di rumah. ART mereka datang setiap pagi dan pulang saat sore hari. Mbak Nur namanya. Anaknya masih kecil, baru lulus SMA, sehingga kadang Tytan merasa seperti punya seorang adik di rumah.

Nur yang membantu menyapu dan mengepel lantai ditambah mencuci dan menggosok pakaian.

Sejak ada Nur, Tytan rasanya jadi bisa bernapas sedikit. Paling nggak, dia bisa fokus merawat anak-anaknya. Dia tidak lagi marah-marah karena rumah berantakan, dan dia jadi punya waktu untuk merawat dirinya lagi.

Jeff yang melihat Tytan senang jadi ikut senang. Dia bisa melihat Tytannya yang secantik bunga mawar itu kembali ceria.

.
.
.

A/n : aku yang ngebayangin Tytan waktu nulis ini jadi sesek napas sendiri.

Selamat Hari Ibu!

Papa JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang