5. Tantangan

4.2K 100 5
                                    

Vote dan coment yang banyak biar cepet up❤

Selamat membaca :v

***

Langkah panjanganya berhenti tepat di loker bernomor 69. Angkasa membuka loker miliknya, kemudian mengeluarkan sebuah jaket jeans denim yang sering kali ia kenakan. Sebuah ciri khas seorang Angkasa akan terlihat lebih nyata ketika ia menggunakan jaket tersebut.

"Pakai!" ujar Angkasa pelan sambil menyerahkan jaketnya kepada Adelia.

"Bu-buat apa? Gua nggak papa!" Adelia berusaha untuk tenang di depan Angkasa. Ia baru sadar, sebuah kesalahan ia menurut pada Angkasa.

"Yakin?!"

"Emang kenapa? Terus ngapain lo kasih jaket itu ke gue? Gue tau lo nggak suka kalau jaket itu dipakai orang lain, terus kenapa lo kasih jaket itu ke gue? Tadi juga, kenapa lo belain gue-"

"Nggak usah geer!" celah Angkasa cepat sekaligus pedas.

Adelia memutar bola mata malas, "Gue nggak butuh!"

"Pakai!"

"Nggak mau."

"Batu!" balas Angkasa dingin. Ia sangat tidak suka dibantah.

"Gue nggak butuh jaket lo. Dan ya, urusan kita dah selesai. Tolong lo jelasin ke pacar lo itu kalau kita nggak ada apa apa."

"Kata siapa?"

"Kata gue lah bodoh!" sarkas Adelia kesal.

Angkasa menatap Adelia tajam. Sudah berapa kali gadis ini menghinanya?

"Pakai!"

"Nggak mau, telinga lo tuli?"

Tatapannya semakin menajam. Terkesan sangat menusuk mata Adelia. Gadis itu meneguk saliva susah payah. Astaga salah Adelia itu apa sih?

Angkasa berjalan mendekat membuat Adelia semakin ketakutan. Entah kenapa, sekarang Adelia semakin takut dengan anak iblis ini.

"Mau apa lo?!" Adelia berujar. Kakinya berjalan mundur menjauhi Angkasa.

Namun na'as, dewi fortuna memang tidak pernah memihak pada Anara akhir akhir ini. Punggungnya menyentuh dinding dengan perlahan. Tidak ada lagi ruang gerak. Apalagi Angkasa sudah semakin dekat dengannya.

Adelia melirik kanan kiri, kenapa tempat ini harus sepi sih?

Angkasa tersenyum miring melihatnya. Gadis bodoh! Ia meletakkan sebelah tangan disamping kepala Adelia, tangan lainnya menenteng jaket denim miliknya.

"Minta maaf," ujar Angkasa lembut yang justru membuat Adelia semakin merinding.

"A-apa?"

"Minta maaf."

Adelia mendengus kesal. "Apaan sih kak, minta maaf sama siapa?!"

"Gue!" balas Angkasa.

"Buat apa? Orang gue nggak salah!" sengit Adelia. Lagi pula ia tidak merasa melakukan kesalahan.

Angkasa menyorot dingin gadis didepannya itu. Apakah Adelia tidak sadar jika ia sudah menjatuhkan harga diri Angkasa dengan mengatakannya tuli?

Adelia sedikit menundukkan kepala, ia menggigit pipi bagian dalamnya pelan untuk mengurangi rasa gugup. Ia tidak tahu kenapa Angkasa senang sekali memojokkan dirinya. Tidak sadarkah dia? Adelia bisa pingsan jika terus seperti ini. Adelia juga lengah jika terus disuruh menahan napas.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang