20. Isi kamar Marvel

2.5K 53 2
                                    

Paragraf yang di cetak miring flashback, ya!

Happy Reading
🌻🌻🌻

Hari pembagian rapor tiba. Mungkin, hal itu akan sangat menakutkan seperti setan bagi murid-murid yang kurang pandai seperti Angkasa. Bocah kecil yang kini menginjak usia 9 tahun itu masih sering merasakan kesulitan dalam belajar. Nilai lapornya juga pas-pasan. Lagi dan lagi, Angkasa berada pada urutan ke 15.

"Papaaa!!!"

Marvel berlari menghampiri Melvino yang tengah duduk santai di ruang keluarga. Bocah kecil itu lantas naik dalam pangkuan sang papa dan menunjukkan hasil belajarnya selama setahun di kelas 2 SD.

"Papa, Marvel dapet peringkat 3 loh!" katanya semangat seraya menyodorkan rapor merah miliknya.

Melvino tersenyum bangga begitu melihat hasil belajar Marvel, "Wahh, pandai sekali anak papa. Arvel mau hadiah apa, hm?"

"Arvel mau mobil-mobilan yang pakai remote, boleh yaaa?!!!" Marvel menunjukkan puppy eyes nya pada Melvino, membuat pria itu langsung mencium seluruh wajah anaknya, gemas.

"Boleh dong, mau berapa?"

"Duaaaaa!!!" balas Marvel sambil menunjukkan cengiran di wajahnya.

"Boleh, besok kita beli sama-sama ya?"

Angkasa menatap miris ke arah papa dan adik tirinya. Bocah kecil yang baru saja masuk dalam rumahnya bersama Bella itu terus menatap ke arah mereka. Berselang selama hampir 4 tahun, Angkasa tidak lagi merasakan pelukan hangat papanya.

Angkasa bahkan lupa rasanya kasih sayang seorang ayah. Tidak ada lagi sambutan hangat di pagi hari, tidak ada lagi pelukan sayang, tidak ada lagi perasaan aman karena perlindungan dari seorang ayah. Angkasa tidak tahu apa salahnya, tetapi kenapa Melvino sangat begitu membencinya.

Bella mengelus pelan puncak kepala putranya, "Angkasa nggak mau nunjukin hasil belajar Angkasa ke papa?"

Angkasa menunduk, lalu menggeleng pelan, "Papa pasti marah kalau tau Angkasa nggak masuk sepuluh besar," ucapnya lirih.

Bella berjongkok di depan Angkasa, kemudian tersenyum tipis sambil mengusap wajah putranya yang lesu. "Semua butuh proses nak, suatu saat nanti Angkasa pasti bisa kayak Arvel. Angkasa sudah berusaha. Apapun hasilnya, itu adalah bentuk dari hasil kerja keras kamu."

"Jangan takut, katanya jagoan!" Angkasa melebarkan senyumannya mendengar ucapan Bella, "Ya udah, Angkasa ke papa dulu ya, Ma!" kata Angkasa semangat kemudian berlari ke arah Melvino.

"Papa, coba lihat hasil belajar Angkasa!" Angkasa menyodorkan rapor miliknya kepada Melvino dengan senyum merekah.

Mencibikkan bibirnya kesal, Melvino lantas menarik rapor milik Angkasa dengan kasar.

Matanya membola sempurna ketika mengetahui isi rapor sang putra yang berbeda jauh dengan milik Marvel, "Angkasa! Kamu itu sebenarnya niat sekolah apa enggak? Apa ini? Bahkan tidak ada angka 9 dalam rapor kamu!!" sentak Melvino. Pria itu melemparkan rapor Angkasa pada tempat sampah yang ada di sisi kanannya.

"Anak bodoh! Kamu itu dibesarkan untuk menjadi penerus papa, tapi apa hasilnya? Anak bodoh kayak kamu tidak pantas menjadi pewaris keluarga Armaghan!!"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang