38. RASA SAKIT DAN EUPHORIA

2.5K 59 11
                                    

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Mobil Adam mendarat pada sebuah parkiran luas yang langsung berhadapan dengan bibir pantai. Di samping kiri, mobil putih milik Angkasa nampak terparkir rapih. Adelia yakin, lelaki itu pasti berasa di sekitaran sini.

"Adam, makasih, ya. Lo... lo pulang aja." Jujur, sebenarnya Adelia sedikit tak enak hati pada Adam.

Adam menatap Adelia sebentar, "Lo yakin gue tinggal sendiri disini? Masih ada waktu besok Del, ini udah malem banget."

Menggeleng pelan, Adelia sudah bertekad. Prinsip Adelia, kalau sekarang ya sekarang. Bagaimana jika besok Adelia kehilangan keberaniannya lagi?

"Gue mau cari Kak Angkasa dulu." Adelia hendak membuka pintu mobil Adam, t
tapi lelaki itu menahan tangannya. "Del, udah malam. Besok aja, ya."

"Nggak bisa, Dam. Harus sekarang."

"Yaudah, kalau gitu gue ikut," putus Adam, membuka pintu mobilnya sendiri. Lalu berjalan ke bagian depan mobil. Ia menyapu pandangan disekitaran pantai, mencoba mencari keberadaan Angkasa.

"Apaan sih? Gue bisa sendiri, Adam!" Adelia mengikuti pergerakan Adam, gadis itu keluar dari mobil. "Gue mau sendiri, Dam. Please...."

"Udah malam, nanti kalau dia macam-macam gimana?"

Adelia mendengus kasar, "Bisa nggak, sih, lo berhenti berpikiran buruk sama Kak Angkasa?! Gue butuh waktu berdua sama dia. Tolong banget, lo pulang aja."

"Nggak! Gue anterin lo ketempat dia!" Adam bersikukuh.

"Nggak mau! Gue bisa sendiri!"

"Adel, dia bukan cowok baik-baik. Lo yakin dia bisa jagain lo?"

"YAKIN. DIA BISA JAGAIN GUE!" balas Adelia yakin, nyaris mengertak.

Mengusap wajahnya kasar, Adam benar-benar kehabisan kata untuk menghadapi gadis keras kepala ini. "Tapi gue nggak yakin, Adel!"

"Terus? Lo doang yang bisa jagain gue, gitu? Tolong, Dam. Kali ini aja, biarin gue cari Kak Angkasa sendiri. Jangan ikut campur! Gue nggak mau masalahnya makin runyam."

"Tapi gue nggak mungkin ninggalin lo sendiri, Del. Disini bahaya, lihat sekeliling lo? Sepi, nggak orang disini."

"Nggak papa, gue aman." Adelia meyakinkan, "Emm, nanti kalau ada apa-apa gue hubungi lo, deh. Atau kalau udah dirumah lagi gue kabarin."

Adam menghela napas pelan, ia selalu tak dapat menolak permintaan Adelia. Bahkan, disaat seperti ini pun. Mungkin benar, lebih baik Adam mengalah. "Iya, Del. Gue pulang. Semoga masalah lo sama dia cepet selesai, ya."

Bibir Adelia melengkung indah, ia mengangguk cepat. "Makasih, ya, Dam."

"Hati-hati, nanti kabarin gue kalau udah di rumah," katanya, mengacak pelan puncak kepala Adelia.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang