22. Incident

2.3K 45 6
                                    

Vote sama comment nya jangan lupaa ya!


⚠WARNING!! CHAPTER INI BANYAK MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!⚠

Selamat membaca💜💀

Bel pulang sekolah berdering nyaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah berdering nyaring. Suasana sekolah yang awalnya tenteram dan damai, kini berubah kacau. Di tambah lagi dengan kehadiran sesosok lelaki berparas tampan bak pase di tengah-tengah gurun pasir pada koridor kelas sebelas.

Pekikan di sepanjang koridor terasa memekakkan telinga. Para kaum hawa terus melayangkan kalimat memujanya pada sang raja. Iyaa, rajanya para gadis yang kini telah bersandar di depan pintu kelas XI IPA 2, dengan kedua tangan masuk sempurna dalam saku celana. Jangan ditanya lagi apa. Angkasa sedang menjelma menjadi satpam dadakan sekarang.

"Yuhuuu, bos ganteng!!!!!! Ada apa gerangan nih?" Vino yang baru saja keluar dari kelas langsung menghampiri Angkasa.

"Adel," balas Angkasa cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari Adelia.

"ASEKK! WOI ADEL!!! DI APELIN WOYY!!" teriak Vano tak tau malu, "DEL, DI CARIIN MAS PACAR NIH!!!!"

Ah, shit!

Emang si Vano kalau teriak mulutnya suka ngelunjak! Adelia merasakan seisi kelas tengah memandangnya dengan tatapan jahil sekarang. Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Tak mau berlama-lama dalam ruang kelas yang tiba-tiba saja terasa engap ini.

"CIEEE!!!!"

"PIU PIU!"

"MAS PACAR YA, DEL??"

"SI GANTENG MULAI BUCIN YA, BUND!!"

Adelia hanya diam mendengar godaan teman kelasnya yang menggema ke seluruh penjuru ruangan. Tiba-tiba, pipinya terasa panas seperti terbakar. Mas pacar apaan sih?!

"Ekhemm, gue mencium benih-benih cinta di sekitar sini!" Kiara mengendus area di sekitar Adelia membuat sang empunya mendengus. "Nggak usah ngaco!!" balas Adelia seraya menyampirkan ranselnya pada pundak.

"Akuin aja lah, Del! Entar nyesel, nangis-nangis kalau Kak Angkasa milih yang laen!" ucap Tiara sambil tersenyum genit. Jijik batin Adelia.

Jenni mengangguk setuju, "Menyulitkan, ketika kamu tak ingin jatuh. Namun, hati perlahan luruh." katanya sok puitis.

"Apaan sih? Lo nggak cocok jadi orang puitis!" balas Tiara sambil menarik rambut Jenni.

"Udah diem," lerai Adelia cepat, "Gue duluan, ya!" sang gadis melenggangkan kakinya keluar kelas. Meninggalkan pekikan teman kelasnya yang masih tinggal.

Gadis dengan bandana merah yang melekat sempurna pada rambutnya itu menghentikan langkah di depan Angkasa.

Sedikit ragu untuk tersenyum, tapi akhirnya ia menerbitkan seulas senyum. Tepatnya senyum canggung.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang