37. Malaikat Baik

1.7K 40 1
                                    

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

"Del, mau cari makan dulu?" Adelia menoleh ke arah Adam yang fokus mengemudikan mobilnya. Hari sudah larut, tapi jalanan ibu kota tetap penuh seolah menolak untuk surut.

Dengan Adelia menjawab, "Nggak usah, Bunda udah nungguin di rumah."

"Udah malam, nanti kalau Bunda lo marah, gimana?" kata Adam tak enak hati.

"Nggak papa kok."

"Nggak papa gimana? Gue bawa anak gadisnya sampe tengah malam gini."

Adelia tertawa kecil, lagipula tadi mereka berangkat juga sudah malam. Sekitar jam 21.00, Adam tiba-tiba datang kerumah Adelia. Katanya ada hal genting yang harus segera diselesaikan di lingkungan sekolah menyangkut dokumen-dokumen penting milik anak OSIS.

"Santai aja, Bunda nggak galak. Lagian ini juga masalah sekolah." ucap Adelia, melirik sekilas wajah lelaki tampan di sampingnya yang masih dihiasi memar. Sontak Adelia teringat suatu hal, "Dam, soal kejadian di lapangan waktu itu... gue minta maaf, ya."

"Soal apa?" Adam memutar tubuhnya menghadap Adelia ketika traffic light menampilkan warna merah, menghentikan beberapa mobil motor yang kala itu sedang berlalu lalang.

"Kak Angkasa," jawab Adelia ragu. Kepalanya menunduk, kemarin Adelia saling memilin, "Beberapa murid bilang,katanya kalian berantem gara-gara gue, ya?"

Adam tersenyum tipis, ia mengacak puncak kepala Adelia gemas, membuat sang empunya tiba-tiba di landa gugup. "Bukan salah lo, kali. Gue cuma nggak suka aja lihat lo nangis gara-gara dia. Cowok brengsek kayak Angkasa nggak pantes buat dapetin lo, Del!"

Tersentak, Adelia menatap Adam tak mengerti. "Masih banyak cowok di luar sana yang nungguin lo. Kenapa harus sama angkasa?" imbuh Adam.

"Kenapa ngomong gitu?"

"Dia pecundang, Adel. Pergaulannya bebas, terlebih dia anak geng motor. Hidup dia berantakan. Perilakunya juga buruk. Lo mau dirusak sama dia?"

Mendengar ucapan Adam, darah Adelia terasa mendidih seketika. Tidak, Angkasa tidak seperti itu! "Kak Angkasa nggak gitu! Dia emang cowok nakal, tapi dia tau cara menghargai perempuan!" kata Adelia penuh penekanan. Wajahnya memerah padam.

"Bahkan lo masih belain dia sekarang. Dengerin gue, Del. Lo itu cewek baik-baik, lo pinter, lo juga berprestasi. Cari pasangan yang layak buat lo, jangan cowok brengsek kayak Angkasa yang jadi pilihan lo."

"Dia emang kaya, dia juga pintar akademik. Tapi, attitude dia nggak cukup baik. Menghargai ayahnya aja dia nggak bisa. Apalagi lo yang cuma pacarnya."

Adelia membuang pandangan keluar kaca jendela entah kenapa hatinya terasa sakit mendengar semua penuturan Adam. "Lo nggak kenal dia, Dam!"

"Gue bicara fakta. Angkasa emang brengsek, dia—"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang