32. semakin runyam

1.6K 34 22
                                    

pertemanan kita berakhir, dan pada akhirnya kamu jadi orang yang telah pergi, membawa semua cerita dan rahasiaku, di sana, di tempat yang ngga bisa aku ketuk lagi pintunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pertemanan kita berakhir, dan pada akhirnya kamu jadi orang yang telah pergi, membawa semua cerita dan rahasiaku, di sana, di tempat yang ngga bisa aku ketuk lagi pintunya.
-Angkasa Armaghan Adijaya-

،، ʚĭɞ ⁺

Warung Abah. Warung yang ditetapkan sebagai markas kecil Alaska itu sedang rame sore ini. Seperti sebuah rutinitas, para anggota Alaska sering kali ngunjungin tempat ini ketika pulang sekolah. Ah, rasa-rasanya ada yang kurang jika sehari saja tidak singgah di warung Abah.

Suasana bagian dalam warung begitu tenang, sesekali terdengar candaan kecil dari mulut evan. Berbeda cerita dengan bagian luar warung yang begitu ramai

"WOY, BAYAR KAS SINI CEPETAN!!" Itu suara Samuel. Sudah tidak aneh lagi jika laki-laki yang menyandang status sebagai bendahara Alaska itu sering membuang-buang suaranya ketika saat seperti ini.

Oh, iyaa. Uang kas yang setiap minggunya sering mereka kumpulkan dengan minimal 5.000 tiap anggota itu bukan tidak berguna. Tentunya ada tujuan yang mereka miliki. Salah satu tujuan nya agar di saat-saat genting yang memang membutuhkan uang mereka tidak kebingungan.

Contoh nyatanya, katakan saja salah satu anggota mereka ada yang terluka dan terpaksa di larikan ke rumah sakit, tentu hal itu akan membutuhkan biaya, bukan? Di saat seperti inilah uang kas mereka akan digunakan. Bukan apa-apa, mereka memang nakal, sering kali membuat onar. Tapi mereka juga tak ingin terus-terusan menambah beban kedua orang tua nya akibat perbuatan yang mereka lakukan sendiri.

"Noh, gue lunasin dua bulan," kata Andreas menyerahkan selembar uang berwarna biru pada Samuel.

"Idih, sok-sokan lo. Lihat aja besok kalau lo ga di kasih uang jajan sama mommy nya pasti ngutang." Evan menyahuti.

"Sekate-kate lo, monyet!" gertak Andreas tak terima. Enak saja si Evan bilang gitu, Andreas kalau ga dikasih uang sama mommy nya, ya minta ke papi lah! Eh, nggak ya, canda. Gitu-gitu Andreas juga malu kalau minta uang terus-terusan.

"Andrwe mwah kwalau nggak pwunya—"

"Telen dulu, Kan!" celah Angkasa sebelum Arkan selesai mengucapkan kalimatnya.

"Tau lo, mana nggak bagi-bagi lagi!" ketus Evan, langsung mencomot bakwan milik Arkan.

"Woii punya gue!!"

"Entar beli lagi juga bisa. Nggak boleh pelit sama teman sendiri, orang pelit kuburannya sempit!" langsung saja Evan memakan bakwan milik Arkan dengan santai.

"SETAN! LO BUKAN TEMEN GUE!!!!" sungut Arkan emosi.

Angkasa mendengus, lelaki itu hanya menggeleng pelan melihat kelakuan Arkan dan Evan yang terus berdebat. Satu kaki Angkasa di angkat ke atas paha, mencari posisi duduk paling nyaman sebelum berujar, "Hoofdkwart siapa yang jaga?"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang