29. Pengacau

2.1K 48 3
                                    

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Malam menyapa. Kini mereka tengah berada di ruang makan. Siap menikmati jamuan yang sudah di siapkan.

Adelia jadi gugup sendiri. Pasalnya, acara makan malam ini di hadiri oleh seluruh keluarga. Mungkin ia sudah mengenal beberapa. Tapi belum semua.

Terutama pria berumur yang terlihat sangat berwibawa dengan kharismanya yang begitu kuat, duduk pada satu kursi utama di meja makan, layaknya seperti seorang raja yang sedang memimpin negara kecilnya.

"Sebelum memulai, apakah cucu pertama saya tidak ingin mengenalkan gadis cantik itu kepada keluarga besarnya?" pembawaan yang begitu mutlak. Opa Arta benar-benar berhasil membuat Adelia merinding.

Suasana ruangan besar itu terasa sangat menegangkan. Terlebih semua atensi kini mengarah pada Angkasa dan Adelia.

"Dia Adelia, opa." sahut Angkasa cepat. Melirik ke arah Adelia sejenak, lelaki itu lantas tersenyum miring, "Pacarku."

Refleks, Adelia menginjak kaki Angkasa yang berada di sampingnya. Apa-apaan di bilang? Eh, emang bener sih pacar. Tapi kan itu gara-gara tantangan, dan bagi Adelia, mereka belum benar-benar menjalin hubungan sebelum ia menyetujui permintaan Angkasa.

"Apa benar begitu, Adelia?" Opa Arta beralih menatap Adelia. Sedangkan yang ditanya hanya mengangguk ragu sambil tersipu.

"Perfect, gadis yang cantik. Opa harap dia gadis yang tepat, Angkasa." komentar opa Arta.

"Pasti itu, cucuku tidak pernah salah memilih!" oma Dahlia menyahuti, sangat hapal dengan sifat cucunya yang sangat pemilih.

Angkasa sedikit menggeser duduknya, lalu berbisik pada Adelia. "Berarti resmi, ya?"

"Ih, apaan sih?" balas Adelia. Bisa-bisanya Angkasa bertanya kepastian dalam keadaan seperti ini.

"Tadi iya-iya aja waktu di tanya opa."

"Jangan bikin gue emosi, ya, kak!"

"Berarti udah suka?"

"Bisa diem, nggak, sih?"

"Jawab dulu."

"Nggak!"

Melihat wajah cantik itu merona, senyum Angkasa tertahan. Ah, lucu sekali gadis ini. Bagaimana mungkin Angkasa bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada Adelia. Seketika, ide jahil terlintas di kepalanya. Angkasa kembali berbisik, "Love you, by!"

Adelia melotot tak percaya. Woy, lah! Si kampret! Ah, Tuhan, kenapa Angkasa jadi menyebalkan seperti ini? Dia memang berbisik, tapi kan ga harus di depan keluarganya juga. Pake panggil 'by' segala, kan Adel jadi suka, eh nggak suka maksudnya.

"Kak!" Tegur Adelia pelan.

"Apa?"

"Tau ah, terang!"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang