41. Ancaman

475 21 5
                                    

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

┈ ،، ʚĭɞ ⁺ ⑅

Suasana panas dan menegangkan menyelimuti ruangan putih dengan dinding penuh papan tata tertib tersebut. Beberapa kursi di tata melingkari sebuah meja yang cukup besar. Dengan beberapa guru, anggota OSIS, juga dengan 6 anggota inti Alaska yang di interogasi habis-habisan oleh mereka.

Kepala sekolah itu turun tangan. Adam bersama Rendy si wakil ketua OSIS juga ikut mengambil peran. Tak hanya mereka, beberapa anggota OSIS yang memegang jabatan tinggi di persilahkan untuk masuk dalam ruang keramat itu. Adelia yang terseret pun hanya diam, duduk dengan sedikit kaku di antara Angkasa dan Adam.

"Jelaskan, dimana titik permasalahannya?" Suara tegas pak Suryono tercetus.

"Pak, sudah dibilang itu bukan salah kami. Mereka yang memulai," tutur Andreas masih mencoba membela. Lagipula, ini memang bukan salah mereka.

"Tidak mungkin mereka memulai jika kalian tidak membuat masalah sebelumnya. SMA Tuna Sakti itu terkenal dengan muridnya yang patuh, pasti sumber masalahnya dari kalian!"

"Pak—"

"Terutama kamu, Angkasa!" tunjuk Pak Suryono seolah menyudutkan posisi Angkasa. Ia menyela, tak membiarkan muridnya itu menjelaskan barang sekata.

Adelia melirik takut pada Angkasa, tapi sang empunya tetap santai. Bersandar pada kursi dengan kedua tangan di lipat depan dada, "Saya tidak akan memulai jika mereka tidak mengusik ketenangan saya!" jawabnya datar, tanpa menghilangkan wibawanya sebagai seorang pemimpin.

"Tapi perbuatan kamu merugikan Angkasa!" Pak Suryono mulai terpancing emosi. Angkasa memang anak dari donatur besar SMA Garuda Indonesia, tapi semua guru memperlakukan dia sama dengan murid yang lainnya. Karena Melviano, melarang mereka memperlakukan Angkasa dengan istimewa.

"Saya setuju," suara Adam terdengar. Ketua OSIS itu menegakkan tubuhnya, "Bukan sekali dua kali kejadian seperti ini terjadi. Dan lo senior terhormat," katanya sambil menunjuk Angkasa, "Kelakuan lo sama temen-temen lo itu merugikan banyak pihak! Geng yang nggak jelas dengan embel-embel untuk melindungi SMA Garuda Indonesia itu sama sekali nggak berguna. Bukan melindungi, yang ada malah ngerusak semua tatanan."

"Adam!" Adelia memperingatkan dengan mata pelan. Yang di katakan Adam hanya memperkeruh suasana.

"Itu Fakta, Del," balas Adam pada Adelia, beralih menatap sang Kepala Sekolah yang sedari tadi diam, "Pak Pramudya, semua kejadian ini tidak mungkin terjadi jika Alaska di bentuk. Garuda Indonesia akan aman selama geng motor yang hanya tau merusak itu dibubarkan!"

BRAK!!!!

"MAKSUD LO APA NGOMONG GITU, HAH?!!" Angkasa menggebrak kuat meja di depannya, tubuhnya berdiri sempurna membuat teman-temannya ikut berdiri. Tatapan nyalangnya tertuju pada Adam. Ketua OSIS ith selalu membuat gara-gara dengannya.

"Angkasa! Jaga sikap kamu!" sarkas Pak Suryono keras. Suasana kian memanas, perdebatan tak dapat dihindarkan.

"Pak, Bu, tapi kami memang tidak bersalah disini!" Samuel berseru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang