"Lo sudah bisa hubungin Farel belum?" Tanya Airin dengan suara pelannya sambil melihat ke arah Jane yang sedang berjalan ke arahnya.
Sore ini, keempat sobat magadirnya Jane kembali menjenguk mamanya Jane yang sudah dirawat selama 4 hari di RS. Walaupun sebetulnya sejak dua hari yang lalu mamanya Jane sudah meminta untuk segera pulang ke rumah, tetapi pihak RS tidak mengizinkannya. Akhirnya, mamanya Jane pun tetap harus dirawat di RS selama beberapa hari lagi. Pihak RS mengatakan masih ada yang perlu diobservasi sebelum melakukan kemoterapi dan operasi nantinya.
Jane pun duduk di samping Airin sambil menghela napas. "Hhhh ... Belum," sahutnya lirih.
"Serius?! Dari yang pas lo omongin tentang ide lo itu, lo dan Farel belum ada kontak sama sekali sampai sekarang?" Tanya Jolla sambil mencondongkan tubuhnya ke Jane yang duduk di hadapannya.
"Iya, sama sekali belum ... Lo pada enggak ada yang lihat dia di kampus?" Tanya Jane sambil menatap keempat sobat magadirnya scara bergantian.
"Gue lihat beberapa kali doang. Mungkin doi lagi sibuk banget kerjain skripsi kali," tebak Yira berusaha menenangkan Jane.
Namun percuma, hal itu sama sekali enggak mempan ke Jane yang sudah telanjur overthinking. Jane jadi kembali merasa dirinya memang worthless bagi siapa pun, kecuali mamanya dan keempat sobat magadirnya ini. Setiap orang, dengan mudahnya menghilang, meninggalkan, dan membuang dia begitu saja setiap setelah Jane sudah merasa cukup akrab dan percaya dengan mereka.
"Yang bermasalah itu gue atau mereka sih yang enggak berotak?!" Sewot Jane secara tiba-tiba setelah kembali mengingat mantan-mantannya yang berengsek itu.
"Jane lagi kenapa, sih?" Tanya Salgita dengan polos. Otomatis Airin dkk langsung mendelik tajam ke Salgita yang sering gagal membaca situasi.
"Git, mending lo diem deh sekarang," ujar Jolla.
"Ya, sori, Gita kan enggak tau," sahut Salgita dengan wajah memelas. Luar biasa memang anak itu, ia selalu berhasil membuat orang lain merasa bersalah atas kesalahannya sendiri karena terlalu polos.
"Udah, udah. Back to topic," Airin kembali mengingatkan teman-temannya agar enggak melantur ke mana-mana.
"Tapi, Jane, mama lo belum tahu tentang ide lo ini, 'kan?" Tanya Yira setengah berbisik, takut terdengar oleh mamanya Jane walaupun tampaknya beliau sedang terlelap di ranjangnya.
"..."
"... udah ..." sahut Jane akhirnya dengan suara lirih.
"HAH?! SERIUSAN LO?!" Teriak Jolla tertahan. Walaupun sebetulnya Jolla sangat kepengin teriak kencang saking kagetnya, tetapi dia memilih untuk menahan suaranya agar mamanya Jane enggak terganggu dengan suara megafonnya ini.
Sedangkan Yira dan Airin hanya melongo, kemudian menggeleng-gelengkan kepala mereka saat mendengar kelakuan Jane yang ceroboh itu. Kalau Salgita? Enggak usah ditanya lagi. Dari tadi dia cuma melongo saja. Dia mau minta dijelasin ulang, tapi takut kena semprot si Jolla yang kayak mak lampir.
"Yeah ... gue pikir mama gue bakal setuju. Makanya, pas gue udah bilang ke Farel, gue cerita ke mama gue ..." sahut Jane sambil menatap Jolla.
"Terus? Apa kata nyokap lo?" Tanya Yira.
"Mama awalnya kaget karena gue bertindak seimpulsif itu buat ngajak cowo nikah duluan ---" Belum sempat Jane menyelesaikan kalimatnya, si Jolla Ratu Gosip sudah menukasnya.
"Ya iyalah emak lo kaget! Untung saja nyokap lo enggak jantungan! Gue sih juga bakal kaget dan malu banget punya anak macem lo." Cerocos Jolla yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]
Fanfiction[Rom-Com] Cerita klasik, picisan, dan cheesy tentang Chanyeol dan Wendy. Jane merupakan mahasiswi yang hobi ngegas sana-sini dan prinsipnya adalah senggol dikit bacok. Jane: Ga usah sok cakep lo, Keenan! Di dunia ini masih ada Sehun EXO! #2 in Borde...