18 (1/2)

108 23 17
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak bisikan Keenan ke Jane. Namun sampai saat ini, Jane masih tak mau bicara apa pun ke Keenan. Enggak minta makan, enggak balas menatap Keenan kalau cowok itu bicara padanya, enggak balas sapaan Keenan walaupun sebelumnya hanya balas dengan tatapan sinis, ditanya tak pernah jawab, bahkan mengomel saja tidak. 

Namun, Jane tetap lancar malak Keenan untuk urusan uang jajannya, meskipun hanya lewat chat. Kalau urusan uang, pokoknya Jane enggak akan tinggal diam.

Tok, tok, tok.
"Jane, ayo kita bicara," ajak Keenan dari luar kamar.

Karena tak ada jawaban, Keenan pun kembali bersuara. "Bukannya kamu sudah terlalu lama ngambeknya?" Tanya Keenan sambil berdiri di depan kamar Jane, alias kamarnya juga. Tapi, dari awal mereka tinggal serumah, Jane enggan tidur bersama Keenan. Akhirnya, Keenan pun mengalah dan tidur di ruang kerjanya, yang hanya ada sofa bed. Rumah itu Keenan yang beli, tapi dia tidur seperti gelandangan yang menumpang. Kasihan banget nasib psikolog cupu itu, 'kan?

Tapi kata Keenan, no problemo, yang penting Jane bahagia. Bahagianya Jane adalah bahagianya juga. Anjay!

Jane sama sekali tidak menggubris perkataan Keenan. Jane tetap fokus mengerjakan tugasnya. Semenjak mendengar bisikan syaitonnya Keenan, Jane memang jadi sedikit lebih rajin buat urusan kuliahnya. Buktinya, sekarang dia sedang mengerjakan tugas kuliahnya yang deadline-nya masih seminggu lagi. Padahal dulu, dia kalau mengerjakan tugas selalu SKS, alias sistem kebut semalam. Namun, saking mengerikannya ancaman Keenan, Jane pun tidak melakukan SKS lagi, baik untuk belajar kuis dan ujian ataupun untuk mengerjakan tugas.

YIKES! Enggak akan terjadi keinginan pervert-nya itu!

Setiap Jane malas mengerjakan tugas dan belajar, Jane langsung terbayang-bayang ancaman dan wajah reseknya Keenan. Kalau ingat hal itu, Jane akan semaksimal mungkin untuk lawan penyakit malasnya. Dia benar-benar tak akan membiarkan rencana sampahnya Keenan itu terjadi.

Gue enggak akan mau buat bikin keluarga bareng manusia menggelikan kayak Keenan Si Psikolog  Gadungan-Pervert itu! ENGGAK AKAN! 

Makanya, Jane harus selalu mendapatkan nilai bagus di setiap mata kuliahnya agar ancaman Keenan itu tak akan terjadi. Jane harus rajin kuliah sampai pernikahannya dengan Keenan selesai, sampai mamanya pulih total. Jadinya, Jane sekarang harus fokus kuliah sambil fokus membujuk mamanya untuk operasi secepat mungkin agar pernikahannya dengan Keenan juga segera selesai.

"Jane, kamu serius enggak lapar? Yakin, enggak kangen sama masakan saya yang supadupa yum yum tasty, sweet like a bon bon dessert itu?" Walaupun Keenan tampak kayak anak-anak muda seusianya yang ogah memasak dan prefer beli fast food, Keenan ternyata sedikit bisa memasak. 

Sebelum married dengan Jane, Keenan minta diajarkan oleh Daffa --- sobat sesama psikolognya yang superduper jago masak --- cara memasak makanan-makanan yang enak, gampang, tapi pastinya sehat. Karena Daffa memang sangat hobi memasak --- sehingga skills-nya hampir seperti koki yang pro --- tentu saja dia punya banyak cara rahasia untuk membuat masakan yang super enak dan sehat dengan cara yang mudah.

Keenan sepertinya tahu diri, kalau cewek yang dinikahinya itu masih seorang pelajar dan usianya belum 20 tahun. Jadi karena Keenan berambisi untuk menjadi suami yang sangat ideal, dia pun sering belajar memasak dengan Daffa. Namun, tentu saja itu semua enggak gratis. Keenan harus bayar mahal untuk dapat bimbingan masaknya Daffa, yaitu dengan cara membelikan oknum itu beragam hal yang mahal. Mulai dari bahan masakan yang premium, alat-alat memasak yang canggih, dan terakhir adalah Keenan harus membelikan makanan anjing yang harganya super mahal.

Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang