7 (1/2)

208 33 7
                                    

Jane semakin kesal dengan mamanya karena seenak jidatnya mengundang Keenan untuk makan malam di rumahnya kemarin. Selama Jane main bersama Farel, rupanya mamanya Jane secara terus-menerus memborbadir Jane dengan telepon dan chat, yang meminta Jane untuk segera pulang ke rumah. Kayaknya, mamanya Jane punya ide licik untuk membuat Jane makan malam bersama Keenan. Tapi, untung bagi Jane dan sial bagi mamanya Jane, ponselnya Jane di-silent dan ia juga benar-benar tidak membuka ponselnya selama main bareng dengan Farel. Namun, akibatnya Farel jadi sudah dua kali bertemu dengan Keenan dan melihat sikap Jane ke Keenan yang benar-benar brutal.

Hal yang membuat Jane semakin kesal dengan Keenan adalah karena ia membahas tentang konseling di depan Farel. Memang sih, Jane duluan yang keceplosan menyebutkan kata "psikolog". Jane sangat menyesal ia keceplosan dan membuat Keenan membahas tentang konseling.

Padahal, Jane enggak mau Farel mengetahui dirinya memiliki masalah kesehatan mental sehingga membutuhkan bantuan profesional, seperti psikolog. Menurut Jane, memiliki masalah kesehatan mental merupakan aib terbesar dalam hidupnya. Ia malu kepada Farel karena ternyata dia adalah orang yang memiliki gangguan mental.

Padahal, Jane sudah berkali-kali ditekankan oleh psikolognya - Pak Burhan dan juga Keenan - bahwa memiliki masalah kesehatan mental bukanlah aib yang harus disembunyikan dari orang-orang lain. Tapi, Jane tetap berusaha menyembunyikan fakta tentang kondisi mentalnya karena ia cemas akan dianggap negatif oleh orang-orang. Jane juga cemas kalau Farel akan meninggalkannya lagi setelah tahu bahwa dirinya memiliki masalah kesehatan mental.

Selain itu, ada hal lain yang membuat Jane semakin pusing. Setelah Farel melihat Keenan dua kali dan bahkan melihat Keenan di rumahnya Jane, Farel semakin menjadi kepo abis tentang hubungan Jane dan Keenan. Jadi, dari kemarin hingga hari ini, Farel terus meneror Jane dengan rentetan pertanyaan tentang Keenan.

"Janeee ... Lo seriusan masih enggak mau kasih tau ke gue soal hubungan lo sama cowok di rumah lo?" Farel merengek macam banci lampu merah.

"Bisa diem enggak lo?!" Bentak Jane yang kesal sambil terus berjalan ke arah perpustakaan. Sejak Jane selesai mata kuliah pertama, Farel sudah menerornya dengan terus mengikuti ke mana pun Jane pergi. Seperti saat ini, setelah makan di kantin, Farel tetep mengikuti Jane ke perpustakaan.

Walaupun Jane sangat kesal karena diteror tentang Keenan, Jane tetap bersyukur karena setidaknya Farel tidak menanyainya tentang apa alasan Jane konseling dengan psikolog. Tapi karena Farel juga mahasiswa Psikologi, ia pasti sudah dapat menebak kalau Jane memiliki masalah kesehatan mental karena Jane mengikuti konseling. Namun, untung saja Farel tidak meninggalkannya setelah mengetahui fakta Jane harus mengikuti konseling.

Atau mungkin Farel hanya nunggu timing yang tepat buat ninggalin gue? Pikir Jane sambil membuka pintu perpustakaan lalu duduk di salah satu kursi yang masih kosong. Tentu saja si Farel masih setia membuntutinya dan juga duduk di kursi sebelahnya Jane.

"Jane, kalo lo enggak kasih tahu ke gue soal hubungan lo dengan cowok itu, gue enggak bakal mau maen lagi sama lo pokoknya! Titik!" Seru Farel dengan tampang sok galaknya. "Oh, jangan bilang juga, kalo hubungan lo sama dia cuma psikolog dan klien, ya! Masa psikolog sampe maen ke rumah klien sih?! Baru denger!" Farel lanjut mencerocos.

Jane pun mengernyitkan dahinya kesal dan menoleh ke Farel. "Dih! Laki kok maennya ngambekan, sih?!" Sewot Jane.

"Emangnya cuma cewek yang boleh?! Dasar diskriminasi gender!" Balas Farel sambil menjulurkan lidahnya ke Jane.

Jane mendengus kesal. "Ih! Udahan kek! Emangnya lo enggak ada kerjaan apa?!"

"Ada sih ... Cuma gue kan kepo! Entar kalo kepo, gue enggak bisa fokus! Makanya kasitau ke gue!" Kekeh Farel yang kepo banget soal hubungan Jane-Keenan.

Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang