Hari sudah gelap. Saat ini, Jane dan Farel sedang mengobrol berdua di taman RS tempat mamanya Jane dirawat, yaitu RS tempat biasa Jane konseling A.K.A R.S. Golden Time.
Sekitar 1 jam setelah Jane dan Keenan sampai di RS tersebut, Farel dan Diaz berhasil sampai ke RS tersebut dengan modal sok tahu, tapi untungnya tebakan mereka tepat - walaupun sempat salah RS dua kali sih. Tidak lama juga setelah itu, mama-papanya Keenan, serta gengnya Jane datang ke RS tersebut untuk menjenguk mamanya Jane sekaligus menghibur Jane. Tapi, mereka semua sekarang sudah pulang karena sudah cukup malam, sisa Keenan, mama-papanya Keenan, dan Farel, yang sekarang sedang mengobrol berdua dengan Jane.
"Emm, jadi ... lo udah ada gejala BPD sejak lo SMP?" Tanya Farel pelan sambil menatap Jane yang duduk di sampingnya.
"Iya ... sori ya, gue enggak kasih tau lo dari awal," jawab Jane sambil menundukkan kepalanya dengan lesu.
"Yeh, sans aja keleus. Enggak apa-apa kok," ujar Farel sambil tersenyum menenangkan kepada Jane dan mengusap-usap pucuk kepala Jane.
Jane pun menoleh ke Farel sambil tersenyum kecil.
"Terus, apa lagi yang mau lo kasih tau ke gue?" Tanya Farel.
"Tadi gue udah kasitau mama gue sakit apa, 'kan?" Jane balas bertanya.
Farel pun mengangguk singkat. "Lo pasti khawatir dan sedih banget, ya? Tapi, gue yakin semuanya bakalan baik-baik aja. Mama lo pasti bakal sembuh total karena enggak mau ninggalin anaknya yang cantik ini," hibur Farel sambil nyengir dan mencubit lembut dagunya Jane.
"Tch," Jane hanya berdecak mendengar omongan Farel yang selalu sok manis, namun selalu berhasil menghiburnya. Dasar cowok hobi ngerdus!
Sebetulnya, Jane sangat senang karena Farel bersedia menemaninya dan mengobrol dulu dengannya sebelum pulang ke rumahnya. Tadi, saat keempat sobat magadirnya Jane dan Diaz pulang karena sudah larut malam, sebetulnya Farel juga ikutan hendak pulang, namun, Jane menahan cowok kardus itu agar jangan pulang dulu.
Jane ingin menanyakan seseuatu ke Farel. Jane harus mencoba nenanyakan hal itu karena ia yakin Farel akan bersedia. Ia tahu itu. Farel berbeda dengan mantan-mantan lainnya yang berengsek. Ia yakin Farel serius dengannya. Oleh karena itu, Jane sekarang memiliki keberanian untuk menanyakan hal tersebut kepada Farel.
"Nah, hal yang mau gue omongin ke lo, berkaitan dengan kondisi mama gue saat ini," ujar Jane sambil menatap Farel lurus-lurus.
Jane pun mulai bercerita kalau mamanya mulai sakit sejak Jane awal SMA. Jane juga bercerita alasan kenapa mamanya tidak ingin memberitahu kondisinya kepada Jane. Kemudian walaupun sedikit ragu, akhirnya Jane tetap menceritakan tentang mamanya yang drop dan masuk ke RS karena mengetahui kondisi BPD-nya Jane yang semakin semakin memburuk dan bahkan ternyata Jane sering melakukan cutting.
Sama seperti reaksi keempat sobat magadirnya Jane, saat mendengar Jane melakukan cutting, matanya Farel langsung membulat kaget dan juga langsung menginterupsi ceritanya Jane. "Jane! Plis, jangan kayak gitu lagi, okay? Lo bisa cerita atau minta apa pun ke gue. Kalo lo sampe kayak gitu lagi, bisa-bisa gue jadi pasien RSJ, bukan jadi psikolognya mereka!" Ujar Farel dengan wajah seriusnya, namun, tetap menyelipkan sedikit guyonan untuk menghibur Jane.
Jane pun tersenyum mendengar perkataan Farel. Jane jadi menyesal karena ia enggak memberitahu tentang kondisi mentalnya dari awal ke Farel. Seharusnya, Jane sudah menceritakan sejak awal ia dekat dengan Farel saat mereka SMA.
Farel benar-benar berbeda dari para mantan berengseknya Jane. Biasanya, cowok-cowok yang sudah pernah dekat dengan Jane, pasti suka menghilang begitu saja. Lalu, kalau mereka secara tidak sengaja bertemu dengan Jane, mereka bersikap seolah-olah mereka enggak kenal Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]
Fanfiction[Rom-Com] Cerita klasik, picisan, dan cheesy tentang Chanyeol dan Wendy. Jane merupakan mahasiswi yang hobi ngegas sana-sini dan prinsipnya adalah senggol dikit bacok. Jane: Ga usah sok cakep lo, Keenan! Di dunia ini masih ada Sehun EXO! #2 in Borde...