Bulan April.
Itu adalah bulan terakhir pada semester 4 Fakultas Psikologi Universitas Yearsand. Bulan di mana akan dilaksanakannya UAS.
Pada saat hari-hari menjelang UAS, semua proyek akhir dari semua mata kuliah harus dikumpulkan pada bulan tersebut juga. Beragam mata kuliah juga memberikan kuis di bulan April. Deadline proyek akhir, kuis, dan persiapan ujian menguasai kehidupan para mahasiswa-mahasiswi.
Tidak ada lagi kata "pacaran", "bermain", "bersenang-senang", atau bahkan "istirahat". Di bulan April, semua mahasiswa-mahasiswi berubah menjadi pelajar teladan dan ambisius yang selalu berkutat dengan buku teks, jurnal, dan catatan-catatan materi perkuliahan. Kantin yang biasanya menjadi tujuan mayoritas mahasiswa-mahasiswi yang sedang menunggu kelas selanjutnya, kini perpustakaanlah yang menjadi pilihan mereka.
Mereka yang hobinya mengerjakan proyek akhir di dekat-dekat deadline, berkali-kali lipat lebih stres dibanding yang sudah mencicil dari jauh-jauh deadine. Mereka yang hobinya belajar SKS --- Sistem Kebut Semalam --- juga berkali-kali lipat lebih stres dibanding yang sudah belajar sedikit demi sedikit.
Dari semua hal di atas, Jane melakukan semuanya.
Mulai dari mengerjakan proyek akhir di dekat-dekat deadline, belajar SKS, dan bahkan tidak punya persiapan apa-apa untuk UAS. Ditambah lagi, dia baru saja putus dengan pacar barunya dan itu bukan pacar yang telah dia ceritakan ke Keenan bulan Maret kemarin. Tambahlah penyebab stres Jane. Tekanan beban emosi dan kognitifnya (pikiran) bercampur menjadi satu untuk menyiksanya di bulan April ini.
Oh, iya! Mamanya juga sedang dinas ke luar negeri. Tambahlah tekanan beban emosi Jane.
Pada akhirnya, semua itu berakibat menimbulkan kecemasan pada dirinya Jane dan semakin parah setiap harinya.
...
Drrt ... Drrt ... Drrt ...
Ponsel Jane bergetar.
"Halo?" sapa Jane sambil mengetik proposal penelitiannya di laptop.
"Jane! Mana tugas bagian lo? Semuanya udah ada kecuali punya lo," Dewi --- salah satu teman kelompok Jane --- menagih tugas pada Jane.
Jane pun terdiam kebingungan. Jane berusaha mengingat-ingat mata kuliah apa yang dia sekelompok dengan Dewi dan apa tugasnya.
"Halo, Jane?"
"A-ah, oh iya, iya," jawab Jane linglung.
"Gue tunggu sampai jam sembilan malem karena besok harus dikumpulin," tegas Dewi.
"Eh, tunggu, Dew! Ini mata kuliah apa, ya? Dan tugas gue apa?" Tanya Jane dengan suara khas orang linglung. Tentu saja Jane — secara tidak sengaja — telah menyulut emosi rekan sekelompoknya itu.
"Hah?! Parah banget lo! Tugasnya kan enggak sedikit! Gimana lo bisa selesai jam sembilan?!" Bentak Dewi dengan nada yang tingi.
Jane berdecak kesal. "Ya sudah! Tinggal kasitau aja baik-baik, pasti gue kerjain kok!" Jane yang lagi stres, menjadi semakin mudah marah dan dia langsung memutuskan panggilan dengan Dewi.
Padahal, itu kesalahannya Jane. Eh, tapi dia yang lebih galak. Ckckck.
Drrt ... Drrrtt ...
Belum sampai semenit sejak Jane selesai teleponan dengan Dewi, ponselnya sudah kembali bergetar lagi. Jane pun mengangkatnya dengan kesal tanpa melihat siapa yang meneleponnya. "Halo?!" Bentak Jane saat telepon tersebut sudah tersambung.
"Jane, jangan lupa bikin posternya, ya! Itu kan tugas bag ---" Belum sempat si penelepon itu menyelesaikan kalimatnya, Jane sudah menukasnya dengan sotoy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]
Hayran Kurgu[Rom-Com] Cerita klasik, picisan, dan cheesy tentang Chanyeol dan Wendy. Jane merupakan mahasiswi yang hobi ngegas sana-sini dan prinsipnya adalah senggol dikit bacok. Jane: Ga usah sok cakep lo, Keenan! Di dunia ini masih ada Sehun EXO! #2 in Borde...