13 (part 1)

156 26 14
                                    

"Huanjir, gue enggak nyangka temen gue dikit lagi nikah!" Pekik Jolla sambil memeluk Jane dengan kencang.

Saat ini, lima sekawan tersebut sedang ada di mobilnya Airin untuk mengantarkan Jane fitting gaun pengantinnya di suatu butik dekat kampus mereka. Mereka ikut pergi bersama Jane ke tempat itu karena Jane tidak mau pergi bareng mamanya, serta keluarganya Keenan. Lagian, teman-temannya juga memang harus fitting gaun mereka sebagai bridesmaids. 

Pas keempat magadir itu tahu bahwa mereka juga perlu fitting gaun bridesmaids, keempat magadir itu langsung excited dan bahkan norak karena bisa mengiringi temannya nanti pas hari pernikahannya. Barangkali saja mereka juga dapet jodoh kan di sana, 'kan?

"Lepasin bangsat!" Seru Jane sambil berontak dari pelukan Jolla.

"Jane kasar banget! Jane kan dikit lagi jadi istri, abis itu jadi ibu. Harus mulai latihan enggak ngomong kasar," cerocos Salgita yang langsung disambut dengan tatapan garang Jane.

"Diem lo!" Bentak Jane sinis. "Awas aja kalo ada yang bahas-bahas pernikahan ini sama gue! Enggak bakal gue maafin!"

"Ya, tapi kan yang bakalan nikah lo! Masa gue bahas pernikahan ini sama si Farel?" Ledek Jolla dengan senyum usilnya yang menyebalkan.

"Lo mau tutup mulut lo atau gue yang bikin lo enggak bisa buka mulut lagi?" Ancam Jane sambil menatap Jolla dengan galak.

"Aw, takut! Jangan galak-galak dong, Kak!" Seru Jolla sok takut dengan Jane. 

"Sialan!" Umpat Jane dengan mukanya yang super bete.

Jane memang akhir-akhir ini tambah sensitif, bahkan bulan ini saja dia ogah untuk konseling dengan Keenan. Dia enggak menyangka kalau semua perlawanannya selama ini sia-sia begitu saja. Padahal, dia sudah berusaha semaksimal mungkin buat menolak ide konyol ini. Bahkan kemarin saja saat dia liat Keenan bersama cewek lain di BerryMart, dia langsung menyusun rencana licik agar bisa memakai hal itu sebagai alasan untuk menggagalkan rencana pernikahannya, yang sudah 80 persen siap. 

Tetapi, apa boleh buat? Ternyata orang itu hanyalah kakak sepupunya Keenan yang baru pulang dari London. Sudahlah rencananya gagal, mamanya malah mengaggap Jane cemburu ke Keenan pula.

Tch, ngelantur kali ya, mama?

Tidak hanya kalah dalam penolakan ide konyol ini, bahkan permintaannya untuk mengadakan acara pernikahan yang kecil-kecilan saja gagal juga. Ujung-ujungnya pesta pernikahannya dibuat sebesar-besarnya karena mamanya dan mamanya Keenan. Mereka berdua selalu menggunakan "kebahagiaan" Jane sebagai argumen untuk mengadakan pesta pernikahan yang "layak" bagi mereka.

"Lagian kenapa harus kecil-kecilan, selama kita bisa ngadain yang layak? Ini kan sekali seumur hidupmu, sayang," bujuk mamanya Keenan.

"Lagian usia kamu juga udah fine-fine aja kok untuk menikah. Kenapa perlu malu?" Tambah mamanya.

Jane betul-betul enggak habis pikir sama mamanya. Maunya apa sih? Jane sudah menuruti ide konyol ini dan bahkan bersedia dinikahkan secepatnya hanya karena untuk kesehatan mamanya. Semuanya Jane lakukan demi mamanya. Tetapi, kenapa mamanya malah terus-menerus menekannya? Apa mamanya enggak peduli kalau simtom BPD-nya akan kambuh?

Karena butik yang dituju kelima sekawan magadir itu dekat dari kampus mereka, kini mereka sudah sampai. Hanya butuh waktu 15 menit saja dari kampus ke butik ini.

"Eh, pengantin wanitanya sudah datang!" Sambut mamanya Keenan saat melihat Jane memasuki butik tersebut. 

Jane hanya senyum sekilas ke mamanya Keenan, lalu menghampiri mamanya, dan segera masuk ke fitting room gaun pengantinnya. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan jadwal hari ini makanya dia langsung gercep ke fitting room tanpa basa-basi jawab sapaan mamanya Keenan, yang akan jadi mamanya dia juga.

Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang