"Jane, are you that happy, abis liburan berdua sama saya?" Tanya Keenan dengan senyum bodohnya kepada Jane yang sejak tadi senyum-senyum sendiri kaya orang kesurupan.
Saat ini, mereka sudah tiba di bandara dan sedang menuju ke tempat mama-papanya Keenan dan mamanya Jane menunggu.
"Pfft ... kita lihat saja akan bertahan berapa lama senyum idiot lo itu," sahut Jane sambil berjalan mendahului Keenan.
Keenan langsung mengerutkan dahinya dan menatap bingung ke arah Jane, yang sudah berjalan di depannya. "Hah? Maksudnya?" Tanya Keenan sambil menyusul Jane dengan mudahnya. Thanks to kaki-kaki tiang miliknya.
Jane menjawab tanpa menoleh sedikit pun ke Keenan yang kebingungan itu. "Just wait and see aja deh," sahut Jane sambil senyum misterius.
Jidat bangsatnya Keenan semakin mengerut karena mendengar ucapan Jane yang aneh. Maksudnya anak itu apa deh? Kok perasaan gue enggak enak, ya?
"Mama!" Pekik Jane excited saat melihat mamanya yang sudah menunggunya. Dia dan mamanya pun berpelukan seperti teletubbies. Namun, hal itu tidak berlangsung lama soalnya mamanya Keenan --- dengan santainya --- ikutan berpelukan dengan mereka, seolah-olah Jane adalah putrinya yang baru saja pulang dari luar negeri.
Karena kaget dan risih, Jane refleks langsung melepaskan pelukannya. Namun, sepertinya mamanya Keenan tidak menyadari perubahan raut wajah Jane yang jadi kesal itu. Dia dengan santainya menggandeng Jane dan mamanya Jane untuk masuk ke mobil mereka.
Papanya Keenan pun mengemudikan mobil tersebut dan langsung melaju entah ke mana. Jane sama sekali tidak peduli karena di otaknya hanya ada skenario jahat untuk menjadikan perilaku Keenan kemarin malam, sebagai alasan dia untuk melepaskan diri dari Keenan dan keluarganya. Dia yakin rencananya kali ini 100000000 persen berhasil.
Mereka pun sampai di tujuan, yaitu sebuah rumah minimalis dengan taman kecil di depannya. Jane langsung mengerutkan dahinya. Ini kan bukan rumahnya ataupun rumah Keenan. Kenapa mereka ke sini?
Tetapi Jane tidak menanyakan hal tersebut karena menurut dia, itu enggak penting sama sekali. Dia hanya ingin segera mendapatkan kesempatan untuk menjatuhkan Keenan agar dirinya bisa segera lepas dari ide konyol series ini. Soalnya seperti yang kalian tahu, Jane harus menceburkan dirinya ke ide konyol series ini supaya mamanya mau berobat secara intensif karena merasa tenang jika Jane bersama dengan Keenan, yang mamanya kira adalah cowok terbaik sepanjang masa.
Lihat saja, Ma. Cowok yang mama percaya untuk jaga aku selama mama berobat ternyata cuma cowok berengsek.
Jane yakin, setelah tahu kalau Keenan itu adalah cowok keparat, mamanya tak akan lagi memercayakan Keenan untuk menjaga putrinya. Jane berharap, mamanya sadar kalau hanya dirinyalah yang dapat menjaga Jane sehingga termotivasi dan mau memberanikan diri untuk berobat intensif demi kesehatannya sendiri supaya bisa selalu menjaga Jane.
Jane dan yang lainnya pun masuk ke rumah tersebut. Jane hanya memerhatikan sekeliling rumah tersebut tanpa minat.
"Nah, welcome home, Jane!" Seru mamanya Keenan saat mereka semua sudah masuk ke dalam rumah tersebut.
Jane hanya menaikkan satu alisnya tanda dia enggak paham. "Rumah siapa ini?"
Jane melihat mamanya dan mamanya Keenan sudah duduk manis di sofa ruang tamu. Sementara itu, papanya Keenan, Keenan, dan Jane masih berdiri mengitari meja ruang tamu. Bahkan Jane sama sekali tidak ada niatan untuk duduk karena dia benar-benar ingin segera memisahkan diri dari keluarganya Keenan, terutama Keenan. Jadi, Jane hanya berdiri mematung dan menatap mamanya untuk meminta penjelasan kenapa mereka harus ke sini, bukannya langsung ke rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]
Fanfiction[Rom-Com] Cerita klasik, picisan, dan cheesy tentang Chanyeol dan Wendy. Jane merupakan mahasiswi yang hobi ngegas sana-sini dan prinsipnya adalah senggol dikit bacok. Jane: Ga usah sok cakep lo, Keenan! Di dunia ini masih ada Sehun EXO! #2 in Borde...