15 (2/2)

60 9 8
                                    

Jane sedang duduk di pinggir pantai sambil memerhatikan matahari yang sudah terbenam setengahnya. Dia memerhatikan sunset itu sambil memikirkan satu hal yang sedang mengganggunya saat ini. Sebetulnya dia kesal, kenapa hal seperti itu bisa mengganggunya. Namun, dia benar-benar heran dengan kelakuan Si Psikolog Gadungan Freak yang akhir-akhir ini sangat pendiam mirip candi dikasih nyawa.

Walaupun sebetulnya dia senang karena Keenan enggak sok akrab kepadanya dan Jane jadi merasa seperti sedang liburan sendiri, tetap saja kelakuan Keenan yang aneh itu mengganggunya! Keenan kan biasanya berisik, sok akrab, enggak jelas deh intinya. Tetapi sudah beberapa hari --- sejak malam setelah pesta pernikahan Keenan cerita tentang masa lalunya --- oknum itu besoknya jadi sangat pendiam.

Setiap Jane bangun, Keenan sudah tidak ada di kamarnya, extra bed-nya Keenan juga sudah rapi. Lalu saat Jane selesai main di luar --- seperti jalan-jalan dan hunting jajanan --- sampai malam, Keenan belum ada di kamarnya. Asli, Jane jadi merasa sekamar dengan makhluk halus.

Jane menebak, kalau tingkahnya Keenan berubah karena kembali teringat masa kecilnya dengan si Tante Lolly alias Si Pelaku Pedofil itu. Karena Jane juga punya masa lalu yang sejenis, Jane jadi berpikir yang enggak-enggak tentang Keenan.

Jane sebetulnya ngeri kalau Keenan ada intensi untuk suicide ketika sedang pergi berdua dengannya. Kan bahaya kalau sampai Keenan mati ketika hanya berdua dengannya. Bisa-bisa orang-orang berspekulasi kalau Keenan enggak suicide, melainkan dibunuh oleh Jane.

Darn it! Itu bisa menjadi nightmare seumur hidup gue kalau sampai betulan terjadi.

Setelah matahari terbenam dengan sempurna, Jane pun balik ke hotel untuk makan malam. Dia selalu makan malam di restoran hotel. Jane lebih memilih makan sambil memerhatikan orang-orang yang ada di restoran hotel, daripada makan di kamarnya sendirian lalu muncul hantu di jendela kamarnya.

Jane pun meringis ketakutan saat terlintas di pikirannya tentang penampakan hantu di jendela kamarnya. Saat ini, dia sudah selesai mengambil makanannya dan sedang mencari meja di pojok restoran. Namun sialnya, semua meja di pojokkan sudah enggak ada yang kosong. Akhirnya Jane pun pasrah duduk di tengah-tengah restoran.

Karena Jane lapar, setelah duduk dia langsung menikmati makanannya dengan lahap. Dia enggak peduli kalau hanya dialah yang makan sendirian di restoran ini. Jane menyantap makanannya sambil memerhatikan orang-orang di sekitarnya dan sesekali melihat-lihat ponselnya, yang hanya ramai notifikasi dari grup sobat magadirnya, dari mamanya, dan dari ... orang tuanya Keenan.

Dih, orang tuanya kenapa chat ke gue segala sih? Enggak tahu ya, kalau anaknya lagi berkeliaran entah ke mana?

"Saya duduk di sini, ya."
Jane langsung menoleh ke asal suara itu. Jane sudah tahu siapa pemilik suara menyebalkan itu. Oknum yang membuat Jane merasa sekamar dengan makhluk halus. Siapa lagi kalau bukan Si Psikolog Gadungan Freak alias Keenan? Lalu, Si Psikolog Gadungan Freak itu dengan santainya duduk di kursi depannya Jane, tanpa menunggu sahutan dari Jane. Sambil cengar-cengir kuda segala pula!

Jane melihat Keenan dengan sinis, sedangkan Keenan malah menatapnya sok akrab dan konyol seperti biasanya. Tch, padahal dari kemarin menghilang. Sekarang out of nowhere, Si Psikolog Freak itu muncul sok akrab.

"Enwak awja! Cawri tempwat laewn!" Usir Jane sambil mengunyah makanannya. Makanan yang dikunyahnya pun sedikit berhamburan keluar dan masuk lagi ke piringnya. Melihat itu, Keenan langsung meringis jijik.

"Makan yang benar dong. Dasar bocil!" Omel Keenan sambil memembersihkan makanan yang menempel di sekitar mulut Jane.

Jane memukul tangan Keenan yang ada di depannya. "Ngapain lo? Gue bisa sendiri!" Jane langsung mengambil tisu yang tersedia di mejanya. "Lo pergi deh, biar enggak ganggu selera makan gue!"

Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang