11 (2/2)

53 12 11
                                    

Sudah pukul 8 malam, namun, Jane memutuskan untuk tetap di mall dan meminta keempat sobat magadirnya itu pulang duluan. Jane beralasan bahwa ia perlu ke super market untuk membeli titipan mamanya. Namun, keempat sobat magadirnya Jane sangat ragu untuk membiarkan Jane sendirian setelah cewek itu mendengar kabar tentang betapa berengseknya si kating yang selalu disukai olehnya. Keempat sobat magadirnya Jane yakin bahwa Jane pastinya sedang down saat ini, seperti yang sebelum-sebelumnya setiap Jane telah diputuskan atau ditinggal oleh para mantan berengseknya.

Bahkan sekarang kayaknya Jane lebih down daripada yang sebelum-sebelumnya. Karena ini Farel, bukan cowok-cowok lain. Ditambah lagi, tadi reaksinya Jane aneh --- hanya diam saja --- saat tahu kelakuan sampahnya Farel. Makanya, keempat sobat magadirnya Jane semakin khawatir dengan kondisi mentalnya Jane. Mereka takut kali ini Jane nekat untuk melakukan hal yang lebih ekstrem daripada yang sebelum-sebelumnya.

Tetapi karena sudah malam, keempat sobat magadirnya Jane sudah mulai ditelepon oleh orang tua mereka dan disuruh segera pulang jika urusan kuliah sudah selesai. Akhirnya, mereka pun pamit pulang setelah memastikan Jane berjanji agar ia enggak melakukan hal yang aneh — alias yang membahayakan dirinya — langsung pulang ke rumahnya setelah selesai berbelanja, atau segera menelepon mereka jika ada sesuatu.

"Okay, kita duluan. Hati-hati nanti pulangnya!" Pamit Airin sambil menatap Jane.

"Hati-hati, ya, Jane! Jangan sampe diculik si Om Psikolog Cakep sebelum legal," ledek Yira sambil ber-smirk menyebalkan ke Jane.

Mendengar ledekan gila itu, Jane pun langsung melotot ke Yira dan bersiap-siap hendak menjotos sobatnya yang paling usil itu. Tapi, untung saja Airin langsung melerai kedua anaknya itu --- Jane dan Yira --- sebelum mereka menjadi tontonan gratis orang-orang di mall. Lalu, akhirnya mereka berempat pun pulang, sedangkan Jane melanjutkan jalan-jalannya di mall sendirian.

Jane terkadang suka jalan-jalan sendirian jika ia ingin berusaha melupakan masalahnya, seperti saat ini. Hal itu disarankan oleh psikolognya — yang-namanya-tidak-mau-Jane-sebut — karena kalau ia hanya menyendiri di rumah dan menangis enggak karuan, dia akan semakin down. Akhirnya, waktu itu Jane mencobanya dan benar saja, cara yang disarankan itu selalu berhasil.

Dia juga tidak ingin pulang ke rumah dengan kondisinya yang seperti ini. Ia tidak mau membuat mamanya khawatir dan kembali menanyakan persoalan ide konyolnya. Jadi, Jane lebih memilih untuk berjalan-jalan sendirian di mall.

Tapi sepertinya, kali ini usahanya sia-sia.

Oh, ralat!
Lebih tepatnya, usaha yang Jane lakukan sekarang, malah akan memperburuk mood-nya.

Jane --- yang mood-nya sedang berada di titik terendah --- melihat sosok penyebab down mood-nya itu di mall ini.

Yup, betul.

Jane melihat Farel di mall ini. Tapi, bagian terparahnya adalah ... Farel sedang tertawa-tawa bahagia dengan cewek lain. Jane melihat Farel menatap cewek itu, seperti Farel menatap dirinya.

Tatapan suka. Tatapan tertarik. Yang seharusnya hanya untuk Jane.

Tanpa Jane sadari, kakinya melangkah ke arah Farel dan cewek itu, yang sedang makan di suatu restoran Jepang. Jane dengan pikirannya yang sedang kacau balau, hanya bisa mengikuti apa kata hatinya saja. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.

"Jadi, bukannya kerjain skripsi, tapi malah pacaran sama cewek laen?!" Bentak Jane --- sambil menatap Farel dengan tatapan benci dan juga jijik --- saat ia sudah berdiri tepat di depan mejanya Farel dan cewek barunya itu. Karena suara Jane yang keras, orang-orang di restoran pun menoleh kepadanya, Farel, serta cewek barunya itu.

Borderline - Chanyeol X Wendy [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang