01 🥀 Pandangan Pertama

2.3K 175 23
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



       RUANGAN itu nampak hening beberapa saat yang lalu, nampaknya para makhluk  yang sering kali menjadi bahan rebutan kaum hawa sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       RUANGAN itu nampak hening beberapa saat yang lalu, nampaknya para makhluk  yang sering kali menjadi bahan rebutan kaum hawa sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Dari mulai yang sedang bermain game, menulis puisi dengan lagak sok ingin menjadi cowok puitis, chattingan, atau bahkan scroll Instagram.

Ajin sang tuan rumah, baru saja kembali dengan sepiring camilan untuk para manusia tidak tahu diri ini. Sudah menjadikan kamarnya sebagai markas, membuatnya berantakan bahkan meminta makan dengan seenaknya, sungguh Ajin harus terus bersabar menghadapi semua cobaan ini.

"Wahh makanan datang" seru Beny yang langsung menyerbu puding buatan Bundanya Ajin. Melihat cara makan Beny, membuat Ajin seketika khawatir dan berpikir apakah manusia itu tidak pernah diberi makan di rumahnya? Mengapa rakus sekali? Dasar Beny.

"Bambang belum datang?" tanya Ajin ntah pada siapa pun itu seraya membuka jendela kamarnya lebar-lebar membiarkan udara segar masuk dengan sejuknya.

Jimy mengangkat bahunya, "Kagak tahu" jawabnya dan kembali fokus pada ponselnya. Apalagi yang dia lakukan selain chattingan dengan banyak gadis yang akan menjadi korban ghostingan.

"Katanya dia lagi sama sepupunya" jawab Arseniyo yang tengah sibuk membuat rangkaian puisi.

"Si tomboy itu maksud lo?" tanya Jeon memastikan, "Ya siapa lagi kalau bukan dia? Kan sepupu dekat si Bambang cuma dia" sahut Tae di sela-sela suapan pudingnya.

"Sepupunya Bambang namanya si Lilis bukan si?" tanya Beny berpikir keras untuk mengingat-ngingat. Walaupun ia tidak kenal dengan Lalisa, namun pernah sekali dua kali ia bertemu saat bersama Bambang.

"Lalisa namanya!" sahut Dimas membetulkan. "Ah iya itu! Lisa kutu!" timpal Beny dengan kekehan khasnya.

Teo bersikap acuh tak acuh dengan obrolan unfaedah mereka. Sesungguhnya ia malas menghabiskan waktu seperti ini, namun mau bagaimana lagi mereka memaksa dengan ancaman jika ia tidak ikut maka rumahnya akan dijadikan markas oleh anak-anak tidak tahu diri ini.

HIMPUNAN JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang