28 🥀 Jemputan Si Ganteng

458 68 15
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



MASIH setia berdiri di tempat itu, menghadap kasir untuk membayar beberapa barang yang mereka beli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MASIH setia berdiri di tempat itu, menghadap kasir untuk membayar beberapa barang yang mereka beli. Dengan Ibu-ibu yang terus menerus mengoceh perihal memberikan wejangan pada kedua manusia ini.

"Saya sekarang sudah memiliki 2 cucu" beritahu Ibu-ibu itu membuat Jisoo membalas dengan senyuman. "Ditunggu kabar baiknya ya" ucapnya.

Ajin membuka mulutnya untuk menyahut, ia ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Juga berakibat pada mereka berdua yang menjadi canggung. Sebelum Ibu-ibu itu terus mengoceh, lebih baik dihentikan dahulu agar kesalahpahaman ini tidak terus berlanjut.

"Maaf--" Ajin berujar, namun lengannya langsung di tarik oleh Jisoo.

Jisoo menatap Ajin penuh isyarat, seolah menyuruh pria itu untuk tetap diam saja. Ia merasa tidak enak jika kebenaran mereka bukan pasangan itu malah membuat Ibu penjaga kasir hilang muka karena malu.

"Udah gak apa-apa" bisik Jisoo membuat Ajin terdiam.

Mereka pun membayar totalnya, dan mengucapkan terimakasih untuk nasihat yang diberikan. Mungkin akan bermanfaat untuk ke depannya nanti. Ajin dan Jisoo berjalan keluar dengan beberapa kantung belanjaan yang cukup berat, untungnya mereka membawa mobil.

"Biar gue aja" Ajin mengambil alih kantung belanjaan yang di jinjing Jisoo.

Jisoo pun membalas dengan senyuman, "Langsung pulang kan?" tanya Jisoo memastikan membuat Ajin mengangguk mengiyakan.

Jam sudah menunjukkan siang hari, tepatnya pukul 10.15 dan mereka masih sibuk dengan berbagai aktivitas yang dikerjakan. Kesibukan yang mereka kerjakan tidak membuat semangat mereka menurun, sebaliknya malah berapi-api.

Bambang dan Jefri tengah sibuk mengangkat meja dan kursi dari kantin, untuk dipindahkan ke aula tempat mereka membuka cafe nantinya.

"Masih banyak kagak?" Dimas bertanya dari arah yang berlawanan dengan Jefri.

"Lumayan lah" Jefri menjawab. Dimas pun berlari untuk membantu mengangkut beberapa kursi dan meja.

"Lo Jefri kan?" seseorang menghentikan langkah pemuda berlesung pipi itu. Jefri meletakkan kursi  yang menghalangi pandangannya.

HIMPUNAN JONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang