14🥜

4.7K 214 1
                                    

——"Jangan sentuk milik gua, sialan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——
"Jangan sentuk milik gua, sialan"

Rajen mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Ia melihat kearah Aland yang sedang menahan emosinya. Rajen terkekeh pelan menghiraukan rasa sakit yang dirasakannya.

"Chill brother. Gua hanya meluk cewe lo, tapi kalo diliat cewe lo seksi juga, Land"

Aland menendang Rajen sampai laki-laki itu menghantam meja kantin. Aland benar-benar naik pitam saat mendengar laki-laki sialan ini memuji miliknya dengan seringaian serta kilatan penuh obsesi.

Dengan santai Aland berjalan kearah Rajen yang masih berada diatas meja kantin. Lalu Aland menarik kerah bajunya dan menonjok sampai muka Rajen penuh darah. Bahkan luka yang sebelumnya belum sembuh total tetapi ia dapat luka baru, lagi.

"Ken, lo gak ada mau misahin dua bocah itu apa?" tanya Arran

"Untuk apa? Kalo gua ada diposisi Aland pun pasti bakal ngelakuin hal yang sama. Mungkin lebih parah?" jawab Ken.

Arran mendelik saat mendengar jawaban yang Ken lontarkan. Ia salah jika harus meminta tolong kepada temannya yang satu ini. Selain bucin parah, Ken juga termasuk golongan laki-laki yang mudah menonjok seseorang jika ada laki-laki yang melirik kearah Audie- istrinya.

Arran melihat kearah Manda yang masih terpaku kearah kedua laki-laki bodoh yang masih saling menghajar satu sama lain. Mau tidak mau, Arran harus minta tolong ke Manda untuk melerai keduanya, walaupun sedikit beresiko.

"Manda, pisahin mereka" celetuk Arran.

Manda melebarkan matanya, "Gua? Lo gila? Gimana kalo justru gua yang kena tonjok?"

"Gak akan, percaya sama gua. Lagian lo doang yang bisa mengendalikan emosi Aland"

"Kenapa gak lo pukul lagi aja tengkuknya?" tanya Manda heran.

"Gak usah banyak tanya anjir, keburu mati mereka berdua itu!" seru Arran.

Dengan langkah ragu seraya mengumpulkan keberanian, Manda mendekat kearah kedua laki-laki yang masih beradu otot itu.

Saat tangan Aland ingin memukul Rajen kembali, ia dapat merasakan tangan kecil dan lentik yang melingkar di pinggang laki-laki itu. Dan sentuhan seringan bulu di dadanya. Mengusap pelan dadanya naik turun seakan berusaha menurunkan emosi yang masih bergejolak di dada Aland.

Aland melepas cekalan tangannya yang berada di kerah Rajen lalu kepalan tangannya pun ikut mengendur. Ya, Manda mampu mengendalikan sikap brutal Aland hanya dengan usapan di dadanya.

Teman-teman Aland yang melihat itu menghembuskan napasnya lega. Lalu beberapa anggota Ǽthernix membopong Rajen yang sudah terkapar lemas di lantai kantin. Sebenarnya anggota Ǽthernix cukup kagum dengan ketahanan tubuh Rajen, karena sudah dipukul dengan keras tapi masih mampu mempertahankan kesadarannya, bahkan laki-laki itu tidak perlu repot-repot untuk meringis.

RENDEZVOUS (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang