1. Satu

1.5K 72 31
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Duk... Duk... Duk... Duk...

Pagi ini terlihat ada seorang pemuda tengah berlarian dari lantai dua rumahnya menuju ke meja makan.

"Jangan lari-lari di tangga dek. Nanti kamu jatuh."

Mamanya yang sedang sibuk mengambilkan makanan untuk suami dan anak sulungnya pun menghentikan aktivitasnya saat mendengar derap langkah kaki dari anak bungsu kesayangannya.

"Udah biarin aja, nanti kalau jatuh kan pasti kedengaran sayang."

Sang suami yang sedang fokus membaca koran pun turut menyahuti istrinya. Kemudian dia melipat koran di tangannya lagi dan mulai fokus untuk menyantap sarapannya.

"Yah gak gitu juga sayang. Biar bagaimanapun kalo dia jatuh, kita yang repot." Ujar sang Mama sambil meletakkan sepiring sarapan di hadapan suaminya.

"Ah,,, jadi Mama lebih takut repot karena aku jatuh, daripada mencemaskan keadaanku nantinya?" Pemuda itu pun menekuk wajahnya karena merasa sedikit kecewa dengan penuturan sang Mama.

Kemudian dia, Si bungsu yang kini sudah sampai di meja makan pun mendudukkan dirinya di kursi dengan sedikit kasar.

"Kamu sih dek, gak nurut kalau dibilangin."

Si sulung pun ikut angkat bicara di tengah kesibukan menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Ah Kakak....._"

"Sudah,,, sudah... Ayo cepetan kita sarapan." Rengekan dari si bungsu pun terinterupsi oleh sang Papa.

"Pagi-pagi gini kamu sudah rapi aja, bukannya hari ini kamu gak ada kelas pagi? Emangnya kamu mau kemana dek?" Mamanya bertanya sambil menyerahkan sepiring sarapan untuknya.

"Haaaah.. Palingan juga mau ke rumah Ardan Ma." Si anak sulung yang sudah sangat mengetahui perangai adiknya lah yang menjawab pertanyaan dari Mamanya itu.

"Hehe..."

Dan si anak bungsu pun hanya nyengir kuda untuk membenarkan perkataan kakaknya.

"Kamu tuh dek, dari dulu nempel terus sama Ardan." Ucap sang Mama sambil mulai duduk dan menikmati sarapan bersama dengan keluarga tercintanya.

"Tahu tuh, kamu sebenarnya adek aku atau Adeknya Ardan sih?"-Si sulung

"Adeknya Kak Jonas lah..." Jawab si bungsu dengan tersenyum cerah tanpa dosa.

"Tapi kamu nempelnya sama Ardan." Jonas pun menjawab tak terima.

"Itu lain cerita Kak. Pokoknya selamanya aku adalah adeknya kakak. Titik." Ucapnya sambil menampilkan puppy eye'snya.

Dan Jonas pun hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menghembuskan nafas pasrah saat mendengar jawaban dari adek kesayangannya itu.

.

.

.

.

.

🤡🤡🤡

.

.

.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang