11. Sebelas

332 49 14
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

"Jessi,,, aku tahu, ini memang tidak romantis sama sekali. Tapi aku sungguh-sungguh tentang perasaanku padamu. Aku menyukaimu sejak pertama kali melihatmu Jessi. Maukah kau menjadi pacarku?"

Tak dapat Jessi pungkiri, kalau saat ini Ardan terlihat sedang bersungguh-sungguh. Tapi dia masih merasa bimbang, dia takut dirinya tidak pantas menjadi kekasih Ardan.

"Itu tidak mungkin pak. Status kita adalah atasan dan bawahan. Nanti apa kata orang-orang dan teman-teman di kantor?"

"Kalau mereka tidak suka dengan hubungan kita, itu terserah pada mereka. Dan jika mereka mau mengundurkan diri karena tidak menyukai hal itu, aku tidak perduli dan aku pun tidak akan mencegahnya." Tak ada sedikitpun keraguan dari kata-kata yang meluncur dari bibir Ardan.

"Pak,,,_" Jessi menatap protes ke arah Ardan.

"Aku tahu, kau juga menyukai ku kan? Iya kan?"

Deg...

Jessi tertegun. Darimana Ardan tahu tentang perasaannya? Apakah terlihat jelas kalau dirinya menyukai Ardan? Siapa sih yang tidak akan jatuh cinta pada orang sesempurna Ardan?

Blush...

Lagi. Ardan melihat rona kemerahan itu kembali menghiasi wajah cantik Jessi. Dia jadi tersenyum samar karenanya.

"Maukah kau menjadi pacarku, hmmm?" Tanyanya sekali lagi.

Kini Ardan melihat, Jessi masih terus saja menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Sepertinya dia masih sibuk menimang dan memikirkan mau menjawab apa.

Setelah beberapa saat hanya hening yang menyelimuti atmosfer diantara mereka berdua, akhirnya Ardan melihat Jessi mulai mengangkat wajahnya dan menatap pada dirinya.

Dan setelah sekian detik saling berpandangan, Jessi menganggukkan kepalanya kecil sebagai jawabannya.

"Terima kasih Jessi. Terima kasih." Ardan bangkit dari posisinya untuk memeluk tubuh Jessi.

Meski awalnya Jessi nampak shock dengan gerakan Ardan yang tiba-tiba memeluknya, namun pada akhirnya dia tersenyum lembut dan membalas pelukan dari Ardan.

"Sama-sama pak. Saya juga menyukai bapak." Bisiknya lirih yang masih bisa di dengar oleh telinga Ardan.

Kemudian Ardan menjauhkan tubuhnya dan menatap lekat pada wajah cantik Jessi. Pandangannya terpaku pada bibir Jessi yang sudah dua kali dia cicipi dalam waktu beberapa jam ini.

Setelah membasahi bibir tebalnya, dia kembali memagut bibir itu dengan lembut. Tangannya yang semula berada di punggung Jessi beralih ke tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

 Tangannya yang semula berada di punggung Jessi beralih ke tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang