19. Sembilan Belas

421 58 50
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Mata Ardan langsung berbinar cerah saat dia menatap King Crab yang tersaji di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Ardan langsung berbinar cerah saat dia menatap King Crab yang tersaji di depannya. Mood-nya selalu membaik tiap kali dia di hadapkan dengan makanan yang dia sukai.

Bahkan sekarang tangannya memerah, karena dia sudah tidak sabar untuk segera menyantap King Crab yang masih mengepulkan asap itu.

"Aauuuhhh..." Ardan mengibas-ngibaskan tangannya yang tak sengaja kepanasan.

"Sayang... Hati-hati dong. " Taavi langsung menarik tangan Ardan dan mengulum jari-jarinya yang memerah satu persatu.

Hingga membuat Mata Ardan terbelalak lebar karena kaget. Kemudian dia memperhatikan sekitarnya.

"Huuuuuuft..." Ardan langsung bernafas lega karena ternyata tak ada satu pengunjung pun yang memperhatikan mereka.

"Kenapa kau tidak sabaran sekali sih? Seperti anak kecil saja." Taavi berbicara di tengah aktivitasnya yang sedang meniup-niup tangan Ardan. "Lihatlah!" Taavi menunjuk king crab di hadapan mereka dengan isyarat matanya. "Kepiting itu masih sangat panas sayang..."

"Huh!" Ardan merasa tidak terima karena di omeli. "Sudahlah,,, jangan bawel!" Dia menarik tangannya dari genggaman tangan Taavi dengan bibir yang mengerucut maju. "Aku sudah lapaarrr..." Kemudian tanpa sadar dia jadi berbicara dengan intonasi yang sangat manja pada Taavi.

Untuk sesaat otak dan seluruh sel-sel dalam tubuh Taavi berhenti bekerja. Dia terbengong-bengong karena tidak percaya Ardan berbicara dengan nada manja padanya.

Plak...

"Astaga!!!" Ardan sangat terkejut saat tiba-tiba Taavi menampar pipinya sendiri.

Memang tidak terlalu kencang. Tapi suaranya cukup membuat Ardan yang memang mudah kaget jadi terlonjak dari kursinya.

"Kau ini kenapa sih?! Mabuk ya?!" Tanyanya dengan nada sewot.

"Ternyata bukan mimpi." Taavi berbicara lirih sambil mengelus bekas tamparan di pipinya yang sedikit memerah.

"Sudahlah! Ayo makan! Kalau kau tidak buru-buru makan, aku akan menghabiskannya sendirian."

"Habiskan saja. Aku sudah kenyang." Taavi mengakhiri kata-katanya dengan tersenyum sangat lebar. Senyuman yang membuat Taavi jadi terlihat sangat bodoh di mata Ardan.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang